LEBAKWANGI – Minimnya lapangan kerja di desa, membuat ratusan ribu masyarakat Kuningan memilih mencari kehidupan ke kota-kota besar. Biasanya selepas SMP, para remaja itu meninggalkan tanah kelahirannya untuk bekerja atau wiraswasta di perantauan. Bahkan tak sedikit yang ikut sanak saudaranya berjualan bubur kacang. Seperti almarhum Rastim (70) yang tewas ditembak orang tidak dikenal di warung kopi miliknya, di wilayah Perumahan Titian Indah Kota Bekasi. Dari warung tersebut, Rastim dan keluarganya menggantungkan penghasilan untuk kehidupan sehari-hari. Biasanya mereka aplus sebulan sekali. Terkadang Rastim yang menunggu, namun juga anak-anaknya. Menurut Kepala Desa Lebakwangi, Nana, jumlah warganya yang merantau sangat banyak. Hampir sebagian besar warga Lebakwangi memilih usaha dagang di perantauan. Sebulan sekali, warganya pulang dan diganti dengan kerabat lainnya. “Orang seperti Pak rastim di desa saya sangat banyak. Rata-rata memiliki warung yang dipakai beberapa orang. Sistemnya aplus sebulan sekali, atau dua bulan sekali. Tergantung kesepakatan mereka. Kalau yang satu jualan, satunya berada di rumah. Sebenarnya ini sangat membantu pemerintah mengurangi pengangguran,” katanya. Nana mengatakan, dari usaha bubur kacang dan warung kopi, banyak yang bisa membangun rumah, membeli kendaraan dan menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Jika ada salahsatu anggota keluarganya yang menganggur selepas sekolah, maka mereka membawanya ke perantauan. “Mayoritas warga saya merantau. Hanya kumpul ketika Lebaran atau ada pemilihan kepala desa. Ya kami sangat bangga karena mereka juga tak lupa kepada desanya. Buktinya pembangunan di desa berjalan bagus atas partisipasi para perantau,” tukasnya. (gus/rcc)
Mayoritas Warga Lebakwangi Buka Warkop
Senin 03-06-2013,11:05 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :