Incinerator Ramah Lingkungan Jadi Terobosan Pengelolaan Sampah, Limbahnya Bisa Untuk Pertanian

Jumat 05-07-2019,11:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Persoalan sampah di Kabupaten Cirebon begitu kompleks. Belum terbangunnya kesadaran masyarakat, ditambah upaya pengelolaan ataupun penanganan sampah yang masih belum maksimal, membuat wilayah Kabupaten Cirebon begitu erat dengan masalah sampah. PERSOALAN sampah tidak bisa dianggap sepele. Banyak masalah yang muncul akibat tidak maksimalnya pengelolaan sampah di Kabupaten Cirebon. Dari mulai kesehatan hingga masalah sosial. Kondisi tersebut, membuat sejumlah pihak mulai bergerak untuk melakukan upaya penanggulangan dampak negatif dari sampah yang tidak tertangani dengan baik. Solusi pun muncul dari Desa Wangkelang, Kamis (4/7) kemarin. Pemdes setempat merilis pengoperasian mesin pengolah sampah ramah lingkungan pertama di Kabupaten Cirebon. Teknisnya masih sama, yakni membakar sampah, namun dalam proses akhirnya sama sekali tidak ada sampah yang keluar dari mesin tersebut. “Mesin ini bisa mengolah sampah menjadi bentuk lain dan memanfaatkan limbahnya untuk keperluan masyarakat, terutama untuk kepentingan pertanian. Asap dari hasil pembakaran dialirkan melalui pipa, yang kemudian masuk ke air dan diputar berulang-ulang kali. Sehingga tidak ada asap sama sekali,” ujar Kuwu Desa Wangkelang, H Eman Sudirman saat ditemui Radar Cirebon, kemarin (4/7). Menurut H Eman, untuk pengadaan dan pengoperasian mesin tersebut, pemdes didampingi tenaga ahli dan professional, sehingga apa yang diharapkan terkait persoalan penanganan sampah bisa dimaksimalkan. “Sampah di mana pun jika tidak dikelola dengan baik, maka pasti akan menjadi masalah. Kami yakin dengan alat ini, sampah yang ada di desa kita bisa tertangani. Malah mendatangkan nilai ekonomis untuk masyarakat. Ini satu set lengkap dengan armada dan bangunannya menghabiskan anggaran kurang lebih Rp176 juta,” imbuhnya. Sementara itu, perancang mesin pengolah sampah ramah lingkungan, Aryanto Micel kepada Radar Cirebon menuturkan, mesin yang saat ini sudah terpasang dan beroperasi di Desa Wangkelang, punya kapasitas bakar sampai setengah ton. “Ini ramah lingkungan. Karena tidak ada asap ataupun sisa pembakaran yang terbuang. Semuanya diolah menjadi pupuk organik cair. Ini sudah diuji coba dan diterapkan di lahan pertanian. Ada margin satu ton gabah kering jika menggunakan pupuk cair dari alat ini,” jelasnya. Untuk mendesign alat tersebut, Aryanto mengaku melakukan riset dan penelitian selama kurang lebih tiga minggu. Setelah itu, serangkaian uji coba dia lakukan sampai akhirnya bisa dipergunakan seperti sekarang. Perakitan pun menurut Aryanto, dilakukan sendiri dengan menggandeng bengkel lokal. “Ide ini muncul dari keprihatinan melihat persoalan sampah yang tidak kunjung selesai. Saya terpanggil dan ingin berpartisipasi membuat alat yang minimal bisa membantu menyelesaikan persoalan sampah,” katanya. Namun demikian, cara untuk mendapatkan pupuk organik cair dari alat incinerator buatannya itu, haruslah dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non organik, agar hasil pembakaran tidak tercampur dan tidak terkontaminasi senyawa plastik dan senyawa kimia lainnya. “Hasil pembakaran dari sampah organik inilah yang kemudian bisa dijadikan pupuk organik cair. Kalau yang dari sampah plastik atau sampah non organik ya otomatis tidak bisa dimanfaatkan. Makanya saran saya, itu harus ada dua tabung pembakaran terpisah. Satu tabung untuk sampah organik dan satu tabung lainnya untuk sampah non organik,” paparnya. Sementara itu, Camat Lemahabang, Edi Prayitno menuturkan, jika saat ini baru ada dua desa di Kecamatan Lemahabang yang mempunyai alat pembakar sampah. Namun diakuinya, baru mesin pengolah sampah di Desa Wangkelang ini yang mempunyai nilai lebih, karena pengoperasionnya yang ramah lingkungan. “Harapan saya, langkah yang dilakukan Wangkelang ini diikuti desa-desa lainnya. Sehingga nantinya, persoalan sampah selesai di tingkat desa,” ungkapnya. (*)  

Tags :
Kategori :

Terkait