Bom Bisa Bunuh Puluhan Polisi

Selasa 04-06-2013,09:45 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Mabes Polri langsung mengirim tim Disaster Victim Identification (DVI) ke Sulawesi Tengah. Tim ini membantu Polda Sulteng melakukan analisa identitas pelaku yang tewas. \"DVI akan berada di Palu karena pelaku tidak akan dibawa ke Jakarta,\" ujar Kadivhumas Polri Irjen Suhardi Alius di Jakarta kemarin (3/6). Tim itu akan melakukan identifikasi post mortem atau verifikasi identitas paska kematian. Masalahnya, belum ada pembanding atau database DNA yang bisa digunakan polisi melakukan identifikasi. \"Kami akan lakukan face tracing dulu, pelacakan wajah ke jaringan yang sudah ada,\" kata mantan wakapolda Metro Jaya itu. Polri juga berharap, ada kerabat atau keluarga yang mengenal wajah pelaku. \"Nanti kalau sudah ada sampel pembandingnya, misalnya ada yang mengaku familinya, bisa dilakukan tes DNA,\" katanya. Suhardi menyebut bom itu bukan jenis baru. \"Kekuatan daya ledaknya besar. Kita bersyukur itu gagal, kalau sampai ke anggota yang sedang apel, dampaknya fatal. Bisa membunuh,\" katanya. Pagi itu, ratusan polisi sedang apel pagi saat pelaku menyerang dengan sepeda motor. Saat ini berhasil diidentifikasi ada serpihan tupperware yang berada di lokasi. Artinya, bom ini adalah bom bunuh diri yg menggunakan casing atau tempat bahan peledak dari kotak tupperware. \"Ini sedang diidentifikasi oleh Puslabfor apa saja (unsurnya, red) dan sebagainya,\" katanya. Di lokasi, juga ditemukan paku dan gotri yang selama ini khas tipe bom kelompok Santoso. Mereka punya instruktur yang juga murid langsung Dr Azahari, yakni Upik Lawanga, yang hingga kini belum ditangkap. Berdasarkan analisis bom atau bomb signature, Suhardi melanjutkan, nantinya akan bisa ditentukan dengan lebih akurat, bom itu milik kelompok mana.  \"Apalagi kita tahu pada waktu lalu, juga ada tahanan (kasus terorisme di Poso, red) di LP yang melarikan diri. Apakah itu ada kaitannya dengan itu dan jaringan lainnya, kita sedang dalami,\" katanya. Seperti diketahui, Basri alias Bagong, narapidana kasus mutilasi tiga siswi SMU Kristen Poso, yang melarikan diri dari tempatnya ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ampana sejak Jumat (19/4) lalu. Polisi saat itu sudah mewanti-wanti jika Basri yang divonis hukuman penjara selama 19 tahun oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 11 Desember 2007 lalu itu punya keahlian merakit bom dan berbahaya (JP 21/04). \"Bom itu awalnya terdengar letupan kecil dan kemudian dilanjutkan dengan ledakan besar yang menghancurkan tubuh pelaku. Tapi wajahnya masih bisa (diidentifikasi, red),\" katanya. Suhardi belum bisa memastikan kapan identifikasi selesai. \"Yang jelas, ini membuktikan masih ada ancaman terorisme. Kita siaga penuh di Sulawesi Tengah,\" katanya. Mantan Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim itu mengakui kelompok teroris yang berbasis di Poso dan sekitarnya sangat kuat. \"Mereka punya akar sejarah konflik yang panjang. Kami harap masyarakat bisa memberitahu polisi jika ada aktivitas mencurigakan,\" katanya. POLRES CIKO DAN CIKAB PERKETAT PENGAMANAN Pasca ledakan bom bunuh diri di Poso, membuat jajaran kepolisian siap siaga. Polres Cirebon Kota pun semakin memperketat pengamanan wilayah. Salah satunya, Satintelkam melakukan pemantauan terhadap orang-orang yang masuk dalam daftar orang berbahaya. \"Kami terutama intelijen sudah punya daftar nama orang yang dipantau. Tentu dengan adanya kejadian Poso, kami akan lebih intensif lagi melakukan pemantauan terhadap gerakan mereka,\" ungkap Kapolres Cirebon Kota, AKBP Dani Kustoni SH SIK MHum melalui Wakapolres Kompol I Putu Yuni Setiawan saat ditemui di kantornya, Senin (3/6). Putu mengatakan, kegiatan pengamanan wilayah, baik mako Polres Ciko maupun jajaran Polsek dan pos-pos lalu lintas sudah dilakukan sejak berbagai kejadian bom maupun penangkapan teroris yang lebih dulu. Salah satunya, saat kejadian bom di Bandung. Namun, kejadian Poso kemarin, akan semakin meningkatkan pengamanan baik mako maupun personel. Menurut Putu, untuk menghindari adanya kemungkinan terburuk terjadi pengeboman, pihaknya sudah menginstruksikan penjagaan terhadap seluruh anggota. Untuk pengamanan mako, merupakan tanggung jawab seluruh personel. Ditanya perihal kejelasan jaringan teroris Cirebon dengan Poso, apakah ada hubunganya atau tidak, Putu belum bisa memastikan. Hanya saja, secara keseluruhan, jaringan teroris mana pun memiliki aliran yang sama. Di Kabupaten Cirebon, petugas gabungan dari Polsek Weru, TNI dan Satpol PP Kabupaten Cirebon menggelar razia tempat kos di sejumlah desa se-Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Senin pagi (3/6). Razia yang dipimpin langsung oleh Kapolsek Weru Kompol H Suyono SH didampingi Komandan Koramil Weru Kapten Sarmin ini dimulai sekitar pukul  11.30 WIB. Satu-persatu tempat kos di Desa Setu Kulon dan Desa Megu Gede yang didatangi petugas digeledah. Identitas para penghuninya pun diperiksa seperti KTP maupun surat penting lainnya. Razia tersebut digelar bertujuan untuk mengantisipasi adanya pergerakan jaringan teroris atau aliran sesat menyewa rumah kos di wilayah hukum Polsek Weru. Namun, dalam razia itu, petugas tidak menemukan adanya orang-orang yang dicurigai sebagai kelompok teroris maupun aliran sesat. Juga tidak ditemukan barang-barang berbahaya seperti bahan peledak dan senjata api. (rdl/atn/rdh)

Tags :
Kategori :

Terkait