Ketua MPR RI Taufiq Kiemas Tutup Usia

Minggu 09-06-2013,05:32 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA - Politisi senior yang dikenal salah satunya lewat keluwesannya itu telah berpulang. Kemarin, sekitar pukul 19.05 waktu Singapura atau 18.05 WIB, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufiq Kiemas meninggal dunia di usia 70 tahun. TK –sapaan akrabnya– wafat setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit General Hospital Singapura sejak beberapa hari sebelumnya. “Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun, telah meninggal Bapak Taufiq Kiemas di Singapura,” ujar Tjahjo Kumolo, Sekretaris Jenderal DPP PDIP di kediaman Taufiq, Jalan Teuku Umar, Jakarta, kemarin (8/6). Pagi ini, sekitar pukul 09.00 WIB, jenazah suami Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri tersebut direncanakan akan tiba di Halim Perdanakusumah Jakarta. Jenazah almarhum yang lahir di Jakarta, 31 Desember 1942 itu rencananya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Tjahjo menyatakan, bahwa Kiemas akhirnya diterbangkan ke negara tetangga itu setelah menjalankan tugas negara di Ende, Nusa Tenggara Timur pada 1 Juni 2013 lalu. Yaitu, acara peringatan hari lahir Pancasila yang ketika itu juga dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono. Usai acara, Taufiq yang merasa kelelahan, akhirnya dibawa sang istri, Megawati Soekarnoputri berobat di Singapura. Kabar meninggalnya mantan aktivis GMNI yang sempat menjadi tahanan politik itu sangat mendadak. Pada pagi hari kemarin, Taufiq sempat dikabarkan telah meninggal. Kabar itu langsung dibantah oleh Tjahjo pada siang harinya. Menurut dia, pada Jumat (7/6) malam, kesehatan Taufiq berangsur pulih dan bisa sadar. “Beliau sempat sadar dan menyapa keluarga yang mendampingi,” ujar Tjahjo. Namun, pada sore hari, tampaknya kesehatan Taufiq kembali memburuk. Upaya pemulihan terus dilakukan tim dokter. Hingga akhirnya yang bersangkutan dinyatakan meninggal oleh tim dokter. Tjahjo menyatakan, PDIP merasa kehilangan sosok yang gigih memperjuangkan pentingnya pilar negara dan Pancasila. “Tentu sebagai partai, kami merasa kehilangan. Beliau selama ini gigih memperjuangkan pilar negara dan pentingnya Pancasila selalu dia dengungkan selama ini,” ujarnya. Tjahjo menyatakan, yang bersangkutan memiliki dedikasi tinggi terhadap partai. Tercatat, tidak kurang dari lima periode kepengurusan, Taufiq terus total membesarkan PDIP. “Waktu 24 jam beliau curahkan untuk partai,” ujarnya. Lantunan ayat suci atau tahlilan kemarin malam berkumandang di kediaman Taufiq dan Mega. Sejumlah tamu secara bergiliran nampak hadir di kediaman di kawasan Menteng nomor 27A itu. Selain Tjahjo, beberapa tamu yang pertama kali nampak adalah Wakil Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, Wakil Ketua MPR Hajriyanto Thohari, Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli, politikus senior PDIP Sidharto Danusubroto, politikus PDIP yang juga artis Sonny Tulung dan sejumlah famili. Adik Mega yang juga putra bungsu mantan Presiden Soekarno, Guruh Soekarnoputra menyatakan, Taufiq adalah sosok pejuang hingga akhir hayat. Taufiq selalu mencurahkan hidupnya demi urusan bangsa, bahkan sejak usia muda. “Beliau dari muda istilahnya orang politik bahkan sampai sekarang. Pak Taufiq memang seorang aktivis,” ujarnya saat hadir sekitar pukul 20.30 WIB malam. Menurut Guruh, sejatinya pihak keluarga sudah pernah menyarankan Taufiq Kiemas untuk pensiun dari kesibukannya. Kesibukan sebagai Ketua MPR sangat menguras fisik, mengingat usianya yang sudah menginjak 70 tahun dan riwayat sakit yang diderita. Informasi yang beredar di keluarga, Taufiq dilarang untuk kelelahan, karena akan mengganggu kesehatannya. “Sebetulnya di usianya ini, keluarga pernah menyarankan sudah waktunya beliau beristirahat, tetapi karena sampai sekarang beliau memegang jabatan sebagai ketua MPR, ya tidak mungkin,” ujar Guruh. Guruh menuturkan komunikasi terakhirnya dengan Taufiq terjadi saat Taufiq memintanya menjadi perwakilan keluarga mantan Presiden Soekarno pada acara peringatan hari lahir Pancasila di Ende. Namun, Guruh tidak bisa hadir dalam acara terakhir yang dihadiri Taufiq itu. “Saat itu saya tidak bisa karena juga sedang sakit tipus,” kata Guruh. Simpati dan ucapan belasungkawa seketika mengalir deras dari banyak tokoh tanah air. Bukan hanya dari kalangan keluarga besar PDI Perjuangan, ucapan kehilangan atas kepergian ketua dewan pertimbangan pusat (Deperpu) DPP PDIP itu juga banyak datang dari berbagai pihak. “Kami sangat kehilangan beliau, bangsa dan negara ini sungguh sangat kehilangan putra terbaiknya,” ucap Wakil Ketua MPR Hajrianto Tohari sesaat setelah kabarnya meninggal tersiar. Menurut dia, Kiemas adalah seorang pemimpin politik senior terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Yang bersangkutan mampu mengayomi semua golongan. “Beliau selalu menjadi rujukan para politisi Indonesia dari partai politik mana pun, apakah itu parpol berdasar agama atau nasionalis kebangsaan,” kata politisi Partai Golkar itu. Hajriyanto menegaskan kalau Kiemas bukan hanya milik PDIP. Menurut dia, kepeduliannya kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika sangat mengesankan. “Untuk keempat pilar negara itu Pak Taufiq Kiemas siap melakukan apa saja, berkorban apa saja. Beliau tokoh besar Indonesia saat ini,” tandasnya. Komitmen Taufiq terhadap empat pilar itu juga ditangkap sejawat lainnya sesama pimpinan MPR Lukman Hakim Saifuddin. Menurut dia, atensi almarhum terhadap sosialisasi 4 pilar yang saat ini lagi sedang terus gencar dilaksanakan MPR. “Hampir 2-3 hari sekali beliau mengontak saya via telepon hanya untuk memonitor pelaksanaan program-program MPR, dan saya yakin semua itu dia lakukan tak hanya kepada saya, tapi juga kepada pimpinan MPR lainnya,” kata wakil ketua MPR dari PPP tersebut. Rasa kehilangan juga disampaikan Ketua DPR Marzuki Alie. “Yang tidak bisa kita lupakan juga dari almarhum adalah sosoknya yang egaliter, merakyat, terbuka, tidak eksklusif, dialogis, dan senantiasa berpikir mencari jalan keluar yang konstruktif,” kata Marzuki. Menurut politisi Partai Demokrat itu, cara berpikir Taufiq yang solutif itu bukan hanya sebatas ketika ada sebuah kebuntuan politik. Tetapi, sudah banyak jalan-jalan keluar yang konstruktif yang telah dihasilkan yang bersangkutan untuk kebaikan bangsa dan negara secara lebih luas. Pengakuan atas kapasitas Taufiq di dunia politik juga meluncur dari Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa. Menurut dia, yang bersangkutan adalah politisi ulung dan senior yang dihormati di internal PDIP dan disegani partai di luar PDIP. “Bagi politisi lintas partai, Pak TK juga mampu menjadi pemecah karang kebekuan politik, khususnya antara Bu Mega dengan Pak SBY selama ini, karena skenario beliau lah keduanya jadi beberapa kali bertemu meski kelihatan kaku,” kata mantan politisi PKB tersebut. Khusus untuk kalangan NU, ketua umum Ikatan Sarjana NU itu, Taufiq juga dikenal sebagai politisi santun yang menghormati kiai. Khususnya, alamarhum Gus Dur. “Bagi saya, yang saat itu sebagai politisi muda sering diajak bicara tentang perkembangan politik, jadi Pak TK adalah guru politik para politisi muda, sungguh sulit dicari pembanding politisi ulung seperti beliau,” imbuh Ali Masykur. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan belasungkawa mendalam atas wafatnya Taufiq Kiemas. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyebut almarhum sebagai santri, yang menjunjung nilai-nilai kesantunan dalam berpolitik. “Pak Taufiq pernah umrah bareng dengan saya, haji juga bareng, dan saya tahu persis beliau fasih membaca Alquran, salatnya juga rajin. Pantas jika beliau disebut santri yang taat beribadah,” kata Said Aqil. Ketaatan beribadah yang bersangkutan juga terefleksi dalam politik yang dijalankannya. Di mata Said Aqil, dia termasuk dikenal sebagai politisi yang santun. “Sekarang ketika Bu Mega belum bisa sepenuhnya akur dengan Pak SBY, Pak Taufiq juga berkenan menjadi Ketua MPR RI, menjembatani, jadi penengah antara kepentingan partainya dengan pemerintah. Tidak semua politisi bisa seperti itu,” urainya. Aspek kesantrian lain dari sosok Taufiq dalam berpolitik juga tercermin dari usulannya mendirikan Baitul Muslimin, sayap PDIP untuk mewadahi kader partai yang beragama Islam. “Ketika belum banyak partai politik memiliki sayap untuk kadernya yang Muslim, Pak Taufiq sudah mengusulkan dibentuknya Baitul Muslimin di PDIP. Itu luar biasa,” tandas peraih gelar doktor lulusan Universitas Ummur Qura\' Makkah itu. (bay/dod/dyn/rc)

Tags :
Kategori :

Terkait