Masinis Diduga Ngantuk, 36 Tewas

Minggu 03-10-2010,07:22 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

PEMALANG - Korban tewas akibat tabrakan dua kereta api di Stasiun Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah dini hari kemarin (2/10), hingga tadi malam 36 orang. Penyebab terjadinya insiden itu juga masih diselidiki polisi dan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). Dugaan sementara, tabrakan terjadi karena masinis KA Argo Bromo Anggrek mengantuk, sehingga menabrak dari belakang KA Senja Utama yang saat itu sedang parkir di Stasiun Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah. “Kedua masinis Argo Bromo Anggrek sedang kita periksa. Kita menduga, human error,” kata Kapolres Pemalang, AKBP Sofyan Nugroho kepada wartawan di lokasi kejadian kemarin. Dua masinis Argo Bromo Anggrek yang diperiksa itu adalah M. Kholik dan Giyono. Mereka selamat dalam insiden itu. Dari informasi yang dihimpun di tempat kejadian di Stasiun Petarukan, Pemalang, tabrakan itu terjadi sekitar pukul 02.40. Saat itu, KA Senja Utama (KA SU) dengan 663 penumpang yang akan menuju ke Semarang (dari Jakarta), berhenti di jalur 3. Kereta ini berhenti untuk memberikan kesempatan kepada KA Argo Bromo Anggrek (KA ABA) menyalib di jalur 2, bersebelahan dengan jalur 3. Tak lama berselang, dari arah belakang, melaju cukup cepat KA ABA jurusan Jakarta-Surabaya dengan 336 penumpang. Di stasiun Petarukan ini, KA ABA yang akan menuju ke Surabaya itu seharusnya melintas di jalur 2. Tapi yang terjadi, kereta tersebut melintas di jalur 3. Padahal di jalur itu, KA SU sedang berhenti. Maka, brakkkk”, bunyi dentuman keras terdengar. Dua kereta api itu pun bertabrakan. Ratusan penumpang KA Senja Utama yang saat itu kebanyakan sedang terlelap, langsung kacau balau. Jerit tangis pun pecah di mana-mana. Penumpang yang selamat maupun terluka,  berebutan keluar gerbong kereta. Bahkan, tak sedikit yang meloncat lewat jendela KA Senja Utama tanpa memperdulikan tas bawaannya. Di sekitar stasiun, begitu mendengar bunyi benturan keras, ratusan warga yang tinggal  dekat lintasan rel KA  dan  pedagang kaki lima di Stasiun berhamburan ke lokasi kejadian. “Kaget, suaranya keras sekali. Orang-orang langsung ke Stasiun,” kata Mujib, salah seorang saksi mata. Warga, polisi dan petugas stasiun juga langsung menolong. Saking kerasnya tabrakan, dari sembilan gerbong KA SU, tiga gerbong bagian belakangnya rusak parah. Bahkan, kondisi gerbong paling belakang kerata api itu yang berkapasitas 64 tempat duduk terbalik dan hancur berantakan. Begitu juga gerbong ke 6 juga terbalik keluar dari lintasan rel. Puluhan  penumpang  tewas dan luka berat karena terjepit gerbong, hingga tidak dapat bergerak. Kondisinya mengenaskan. Darah berceceran di gerbong yang hancur dan rel perlintasan KA. Banyak penumpang yang kejepit besi, jok kursi dan atap gerbong  KA SU yang ringsek. Jenasah korban tewas dan terluka parah  sempat dievakuasi sementara di rumah rumah warga sekitar karena terbatasnya ambulans untuk membawa ke RS. Lalu, puluhan  korban tewas dan luka berat dibawa ke RSUD Hasyim Ashari, Pemalang, RS Santa Maria dan RSI Al Ikhlas Pemalang. Kondisi jenazah umumnya mengenaskan, banyak yang jari tangan, lengan tangan atau kakinya terlepas. Bahkan ada yang kepalanya terlepas dari badannya. Salah satu penumpang selamat, Rio Tantomo mengaku, saat kejadian dirinya tidak terlalu merasakan guncangan hebat. “Waktu itu baju saya ditarik oleh penumpang di samping saya yang belum saya kenal. Mas, bangun, cepat pergi dari sini. Begitu katanya. Lalu saya loncat dan sangat kaget,” ucap pria asal Jakarta yang hanya luka memar di kaki. Sementara itu, Direktur Utama PT KAI (Persero) Pusat, Ignasius Jonan menjelaskan, seharusnya dua KA Senja Utama dan Argo Bromo Anggrek tidak berada di jalur yang sama. Dia menjelaskan, pengaturan setiap jalur dilakukan dengan sebuah sinyal (merah dan hijau). “Merah tandanya berhenti, dan hijau jala terus. Tetapi, setelah dicek, program sinyal tidak ada masalah. Secara teori, dua kereta tidak boleh berada satu jalur, kecuali ada jarak tertentu agar bisa diatur,” ungkapnya kepada para wartawan di TKP. Setelah dilakukan pemeriksaan, tegas Jonan, ternyata program sinyal tidak mengalami gangguan dan bisa digunakan dengan baik. Namun ketika ditanya apa sebenarnya penyebab utama tabrakan tersebut, Jonan enggan berkomentar banyak. “Kepada rekan media, tolong jangan membuat opini terlebih dahulu. Sebab, saya bukan orang yang paling tepat untuk memberikan keteranga penyebab kecelakaan. Namun dari laporan teknis, kejadiannya adalah KA Argo Bromo Anggrek tidak melihat sinyal berhenti saat akan memasuki jalur tiga,” katanya. Lebih jauh Jonan memohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada para korban dalam kejadian tersebut. “Kejadian ini tidaklah memakan korban sedikit. Sebagai pihak yang bertanggung jawab, saya pribadi mohon maaf sebesar-besarnya. Untuk saat ini kita fokus untuk evakuasi korban terlebih dahulu. Di data dan diupayakan diberi jaminan pengobatan. Bagi yang meninggal dunia diberikan uang asuransi Rp60 juta. Bagi korban luka berat sebesar Rp50 juta,” sambung Jonan. Ketika ditanya kesiapannya untuk mengundurkan diri menjadi Direktur Utama PT KAI Pusat jika memang pihaknya terbukti bersalah atas kejadian tersebut, Jonan geleng kepala. “Itu terlalu jauh Mas,” singkatnya sambil berlalu. Pantauan Radar, hingga tadi malam dari pantauan wartawan koran ini, petugas masih berusaha mengevakuasi para korban yang tubuhnya terjepit. Sebelumnya, hingga sore hari kemarin, petugas juga sibuk mengevakuasi satu gerbong KA SU yang terbalik dengan menggunakan crane pengangkat yang didatangkan dari Cirebon. Jasa Raharja Kepala Bagian Teknik PT Jasa Raharja Cabang Jawa Tengah AV Heru Saptono mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi 36 korban meninggal dunia akibat tabrakan tersebut. “Yang saya ketahui ada 36 orang meninggal dunia,” ucapnya. “Dua di antara korban meninggal belum diketahui identitasnya,” lanjutnya. Untuk korban tewas, akan diberi santunan oleh jasa raharja sebesar Rp25 Juta. Sedangkan untuk lorban yang dirawat di rumah sakit mendapat santunan sebesar Rp10 Juta. Kepala Bagian Teknik PT Jasa Raharja Cabang Jawa Tengah AV Heru Saptono saat berada di lokasimengatakan team telah mengidentifikasi sebanyak 36 korban meninggal dunia akibat tabrakan Kereta Argo Bromo Anggrek dan Kereta Senja Utama di Stasiun Petarukan, pada dini hari kemarin. Menurut Heru, jumlah korban itu berdasarkan penyusuran timnya yang disebarkan di Rumah Sakit Santa Maria, RSUD dr Ashari, dan RS Islam Tamam, Pemalang. (mid/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait