SOLO - Entah bagaimana bisa terjadi, tabrakan antara KA Argo Bromo Anggrek dan KA Senja Utama di Stasiun Petarukan, Pemalang, menular di tempat lain. Hampir bersamaan waktunya, tabrakan dua kereta api juga terjadi di Stasiun Purwosari, Solo, dini hari kemarin (2/10). Kelakaan dua kereta api di Stasiun Purwosari itu juga hampir sama dengan tabrakan di Stasiun Petarukan. Yang terjadi di Stasiun Purwosari saat itu, KA ekonomi Gaya Baru Malam jurusan Pasar Senen-Surabaya tengah parkir. Kemudian, KA itu ditabrak dari belakang oleh KA eksekutif Bima jurusan Gambir-Surabaya. Bedanya, jika di Petarukan merenggut nyawa 36 orang dan puluhan lainnya luka-luka. Di Purwosari menewaskan seorang dan lima lainnya luka parah. Tabrakan di Purwosari diduga lantaran posisi berhenti KA Gaya Baru Malam di jalur I tak sempurna. Berdasar informasi yang dihimpun koran ini, KA itu tak berhenti sempurna lantaran ada sekumpulan orang di dekat jalur I. Belakangan diketahui, sekelompok orang itu memang sengaja menunggu kedatangan KA lantaran mengira ada anggota suporter klub sepak bola Persib Bandung di dalam kereta. Kebetulan Persib memang akan melakoni laga di Indonesian Super League (ISL) menghadapi Deltras Sidoarjo di Sidoarjo, Jatim, kemarin malam. Korban tewas itu adalah Suryo Catur Utomo (23), anggota TNI-AL berpangkat kelasi satu (prajurit satu) asal Dusun Rejo Mulyo RT 4/II Losari, Kecamatan Ploso, Jombang, Jawa Timur. Informasi yang dihimpun Radar Solo (Radar Cirebon Group) di lokasi kejadian menyebutkan, peristiwa tersebut bermula saat KA Gaya Baru Malam masuk Stasiun Purwosari sekitar pukul 02.31. Sesuai jadwal, saat itu memang KA Gaya Baru Malam harus masuk stasiun untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Seperti biasa, Gaya Baru berhenti di jalur I. Selain itu, Gaya Baru memberikan jalan kepada KA Bima yang waktunya hampir bersamaan masuk Solo untuk meneruskan perjalanan. Memang, selama ini Stasiun Purwosari hanya menjadi tempat berhenti KA ekonomi. KA eksekutif tak berhenti di Stasiun Purwosari, namun di Stasiun Solo Balapan. Sayang, saat itu posisi berhenti KA Gaya Baru Malam tak sempurna. Ujung gerbong paling belakang berada di jalur II. Nah, baru delapan menit KA ini berhenti, KA Bima melaju kencang di jalur II. Tak pelak, lokomotif Bima menabrak ujung gerbong kesebelas KA Gaya Baru Malam. Kondisi belakang gerbong kesebelas itu pun rusak parah. Sebagian bodi gerbong terkoyak. Enam penumpang yang berada di gerbong K3-85554 terluka. Mereka dilarikan ke RS Kasih Ibu. Namun, nyawa salah seorang penumpang, Suryo Catur Utomo, tidak tertolong. Supanggih, salah seorang korban luka, mengatakan bahwa kecelakaan terjadi begitu cepat. Waktu itu dia tengah duduk di dalam gerbong paling belakang. Gerbong yang ditumpanginya memang terlihat kurang maju. “Saat tabrakan, suaranya keras sekali. Tiba-tiba kaki dan tangan kiri saya tidak bisa digerakkan. Kemudian, saya nyaut (meraih) kursi kereta agar tidak terpental,” terang bapak tiga anak itu. “Memang, KA Gaya Baru Malam diserempet dari belakang oleh KA eksekutif Bima. Gaya Baru seharusnya parkir penuh di rel jalur I. Tetapi, gerbong belakang masih tertinggal di jalur II atau istilahnya free,” ujar Muhardono, deputi executive vice president PT KA Daops VI Jogjakarta kepada Radar Solo di RS Kasih Ibu kemarin siang (2/10). Meski begitu, PT KA belum bisa memastikan penyebab kecelakaan di Purwosari itu. Muhardono menyebutkan, pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). “Kami akan memanggil beberapa orang saksi. Di antaranya, masinis, asisten masinis dua kereta api, kondektur, dan pegawai terkait,” tambah Muhardono. Kepala Stasiun Purwosari Suwardi menyatakan, KA Gaya Baru Malam yang dimasinisi Ciptadi tengah berhenti untuk menurunkan penumpang. Namun, diduga kereta itu berhenti kurang maju dari lokasi seharusnya sehingga gerbong paling belakang tersenggol KA Bima yang melintasi di jalur II. “KA Bima tidak berhenti di Purwosari. Tampaknya, gerbong paling belakang Gaya Baru Malam kurang maju sehingga masih ada di jalur II dan menghalangi lintasan kereta lain,” katanya kemarin (2/10). Menurut Suwardi, jarak kedatangan KA Bima dengan KA Gaya Baru Malam berselisih sekitar delapan menit. KA Bima sempat berhenti sejenak dan melanjutkan perjalanan kembali. Sementara itu, untuk mempermudah evakuasi korban, gerbong paling belakang KA Gaya Baru Malam dilepas dan ditinggal di stasiun. Setelah itu, KA Gaya Baru Malam melanjutkan perjalanan kembali. Menurut Menhub Freddy Numberi, kecelakaan di Purwosari terjadi karena kesalahan petugas sinyal. KA Gaya Baru Malam yang seharusnya parkir jauh dari rel yang digunakan KA Bima ternyata berada terlalu dekat. Akibatnya, ketika KA Bima melaju, gerbong belakang KA Gaya Baru MAlam terserempet. “Pegawai yang menginformasikan jalur tidak hati-hati. Ini sangat disesalkan yang seharusnya tidak terjadi,” kata Menhub. (jpnn/fal/zul/kuh/c4/kum)
Hampir Bersamaan, Gaya Baru vs Bima
Minggu 03-10-2010,07:24 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :