Kaji Situs Matangaji, Tentukan Status Cagar Budaya atau Bukan

Sabtu 07-03-2020,15:30 WIB
Reporter : Agus Rahmat
Editor : Agus Rahmat

CIREBON – Tim Balai Arkeologi Bandung telah mengunjungi Blok Melangse, Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi. Mereka melakukan pengamatan visual sebelum dilakukannya penelitian lebih lanjut pada Situs Petilasan Sultan Matangaji.

Rombongan Balai Arkeologi, sempat ditunjukkan lokasi titik yang menjadi kontroversi tersebut selepas salat Jumat. Namun, berhubung cuaca tidak mendukung, hanya visualisasi sekilas yang dilakukan untuk pemetaan awal. Berikutnya, penelitian lanjutan yang rencananya akan digelar selama tiga hari di lokasi tersebut.

Setelah melakukan visualisasi awal, tim Balai Arkeologi beserta rombongan Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP) dan calon anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) kembali melakukan briefing di Aula DKOKP.

Para pihak yang berkepentingan diundang untuk memaparkan bahan analisis awal, termasuk diperlihatkan artefak batu bata sisa reruntuhan bangunan yang diduga situs dari lokasi.

Kepala Balai Arkeologi Jawa Barat, Deni Sutrisna M Hum belum bisa dimintai keterangan. Sebab yang dilakukan tim masih dalam proses persiapan awal. “Nanti saja kalau sudah berjalan,” kata Deni, kepada Radar Cirebon, Jumat (6/3).

Kedatangan Balai Arkeologi merupakan tindak lanjut dari rekomendasi DPRD. Kepala DKOKP, Agus Suherman kemudian menyampaikan undangan tertulis agar dikirim tim ke Cirebon.

Dalam hal penelitian Situs Petilasan Sultan Matangaji DKOKP menyerahkan sepenuhnya kepada Balai Arkeologi. Sebab, tim yang dikirim memiliki kompetensi, metode, serta peralatan yang mumpuni untuk meneliti dan memastikan status dari lokasi tersebut.

2

“Apakah nanti mau melakukan langkah kurasi dulu, atau langsung meneliti sampel dari artfaknya, kita serahkan sepenuhnya kepada mereka yang memang punya kompetensi dalam bidang ini,” imbuhnya.

Seperti diketahui, pasca polemik pembongkaran area Situs Petilasan Sultan Matangaji, telah dilakukan eskavasi oleh kelompok masyarakat. Penggalian area situs yang tertimbun tanah juga atas pendampingan DKOKP.

Dari proses itu, didapatkan beberapa struktur bata dan artefak yang telah direlokasi untuk menjadi bahan penelitian tim ahli. Radar Cirebon yang berkesempatan melihat beberapa artefak tersebut. Juga melakukan pengukuran dimensinya.

Hasilnya, material bata tersebut ukurannya memang tidak lazim. Jauh lebih besar dari bata merah yang diproduksi saat ini. Kendati demikian, pengukuran sederhana tersebut belum bisa menjadi patokan. Mengingat perlunya pengujian lain. Termasuk uji karbon, sehingga ditahui umur material tersebut. (azs)

Tags :
Kategori :

Terkait