Kelenteng Hok Keng Tong Jadi Tujuan Wisata Religi

Minggu 08-03-2020,17:00 WIB
Reporter : Agus Rahmat
Editor : Agus Rahmat

CIREBON-Tidak salah rasanya jika ada yang mengatakan bahwa Cirebon adalah miniatur bangsa Indonesia. Pasalnya, di Cirebon ini memiliki banyak suku bangsa, namun tetap bersatu sebagai bagian yang utuh. Masyarakat Jawa dan Sunda yang telah mendiami lebih dulu, berbaur dengan bangsa-bangsa pendatang seperti Tionghoa, Arab dan India.

Etnis Tionghoa sebagai salah satu etnis yang sudah lama mendiami Cirebon ini, tentu sangat banyak mewarnai sejarah Cirebon ini. Salah satu buktinya adalah keberadaan Wihara Dharma Sukha atau Kelenteng Hok Keng Tong yang berada persis di belakang Pasar Kue Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.

Ketua Yayasan Wihara Dharma Sukha, Kusnadi Halim mengatakan, kelenteng ini merupakan saksi sejarah ratusan tahun, sejak masa Kesultanan Cirebon silam. Menurutnya, usia wihara ini sudah 631 tahun atau telah berdiri sejak tahun 1389 Masehi. “Kalau Kota Cirebon tahun ini berulang tahun ke 651, maka kita disini sudah 631 tahun. Cuma selisih 20 tahun dari berdirinya Kota Cirebon,” tutur Kusnadi kepada Radar Cirebon, Sabtu (7/3).

Namun begitu, kata Kusnadi, kelenteng ini sudah direhab beberapa kali. Perehaban terakhir dilakukan secara bertahap sejak tahun 2013-2014. Kemudian selesai pada tahun 2016 lalu.Perehaban ini disambut baik oleh umat kelenteng. Pasalnya kondisi kelenteng sebelumnya sudah tidak layak lagi digunakan karena kondisi bangunanya banyak yang sudah menua.

“Sekarang lebih enak. Umat kelenteng bisa sembahyang dengan lebih nyaman. Tapi kelenteng disini sudah sedikit sekali umatnya. Kalau yang dari sekitar Plered, bisa dihitung dengan jari,” lanjutnya.

Kusnadi menambahkan, berkurangnya umat kelenteng disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya karena banyak yang alih agama atau karena pindah domisili. Sehingga setiap hari hari biasa, kelenteng ini terlihat sepi

 “Tapi justru umat yang banyak adalah dari luar kota. Dari Jakarta, Bandung, Tangerang. Bahkan dari Medan juga. Mereka biasanya yang melakukan ziarah atau wisata religi. Kalau ke Cirebon, pasti menyempatkan untuk sembahyang disini,” tambahnya.

2

Menurut Kusnadi, warga yang biasanya bersembahyang di sana untuk meminta keberkahan kepada Dewa Fuk Dhe Min Wang yang duduk di altar utama. Dewa ini dipercaya warga Tionghoa sebagai dewa pembawa rezeki. Biasanya momen yang paling ramai didatangi oleh peziarah adalah saat perayaan ulang tahun (sejit) kongco Dewa Fuk Dhe Min Wang, 12 hari lalu.

Salah satu peziarah, Merry (45) mengaku, selalu menyempatkan diri untuk bersembahyang ke kelenteng tersebut. Bersama suami dan 2 orang anaknya, ia berkeliling ke wihara-wihara yang berada di berbagai kota. Seperti Cirebon, Purwokerto, Jogjakarta, Tuban, Jepara, Semarang, dan Tegal.

“Saya pas berangkat langsung kesini, kemudian mau balik lagi kesini lagi. Ibaratnya kulo nuwun. Karena sudah memberikan keberkahan selama saya melakukan wisata religi. Karena wihara ini terkenal banget. Tiap ke Cirebon, saya pasti kesini,” ungkapnya. (awr)

Tags :
Kategori :

Terkait