RIO DE JANEIRO - Tim-tim asal Oceania tak kunjung memperbaiki rekor. Partisipasi mereka di Piala Konfederasi selalu hanya jadi lumbung gol bagi-bagi tim-tim lain. Setelah menjadi bulan-bulanan Nigeria dengan skor 6-1 pada Selasa (18/6) lalu, Tahiti kalah dengan skor menyakitkan 10-0 di tangan Spanyol kemarin (21/6) dini hari di Stadion Maracana, Rio De Janeiro. Gol seperti tiupan angin tornado diawali striker Fernando Torres yang langsung ngotot dengan gol di menit ke-5. Setelah itu, laga yang berat sebelah itu sempat buntu tanpa gol. Para pemain Spanyol yang \"geregetan\" justru terpacu untuk bermain individual. Termasuk Torres yang saat striker David Villa berada di posisi lebih menguntungkan tak juga mengirim bola. Rangkaian gol mulai terjadi 25 menit kemudian. Pemain tengah David Silva mengingatkan rekan-rekannya untuk terus membombardir Tahiti dengan golnya di menit ke-31. Torres pun menambah gol hanya berselang dua menit. David Villa menutup babak kedua dengan sumbangan satu skor di menit ke-39. Babak kedua seperti menjadi pertandingan kematian bagi Tahiti. Enam gol terjadi di babak kedua dari Villa (menit ke-49, 64’), Torres (57’, 78’), Juan Mata (66’), dan Silva (89’). Skor itu berpotensi tembus lebih dari sepuluh jika saja penalti El Nino, julukan Torres, mampu menembus gawang Mikael Roche. Tendangannya melebar ke atas kanan gawang. Spanyol memecahkan rekor skor kemenangan terbesar Piala Konfederasi yang sebelumnya dipegang Brasil. Pada Piala Konfederasi 1999 di Arab Saudi, Brasil menghempaskan tim tuan rumah dengan skor 8-2. Kemenangan Spanyol menggaransi satu tempat di semifinal. Bermain aman dengan hasil seri dengan Nigeria (24/6) sudah cukup membuat mereka jadi juara grup. Kekalahan Tahiti itu semakin menenggelamkan catatan prestasi wakil Oceania di Piala Konfederasi. Selama Piala Konfederasi digelar, mereka selalu menjadi langganan pembantaian dengan skor lebih dari empat gol. Selandia Baru dua kali dibantai lima gol tanpa balas di Piala Konfederasi Afrika Selatan 2009 dan Prancis 2003. Masih mendingan keduanya terjadi di fase grup. Australia yang pada Piala Konfederasi Arab Saudi 1997 menjadi perwakilan Oceania dibantai enam gol tanpa balas oleh Brasil. Itu belum termasuk rekor kekalahan tiga hingga empat gol. Namun, usai mengganjar kekalahan menyakitkan, La Furia Roja –sebutan Spanyol- berusaha mengangkat semangat Tahiti. Bagaimanapun, tim peringkat ke-138 dunia itu tetap bermain dengan semangat dan harapan. \"Tahiti menunjukkan contoh fair play dan performa yang bagus. Mereka tetap berusaha menyerang ke gawang kami apapun peluang yang mereka dapatkan,\" kata pelatih Spanyol Vicente Del Bosque. Hal senada diungkapkan Torres. Dia memuji Tahiti karena sebagai tim lemah mereka tak terpancing untuk bermain kasar. \"Kami banyak mengalami tim yang bermain di level lebih rendah berusaha mengganggu permainan dengan bermain kasar. Tahiti adalah contoh bahwa mereka hanya ingin bermain sepak bola,\" katanya. Dengan situasi seperti itu, para pemain Spanyol tak ingin merusak fair play Tahiti dengan bermain asal-asalan. Mereka tetap bermain dengan kekuatan penuh sebagaimana yang mereka tunjukkan biasanya. Torres bahkan mendeklarasikan bahwa dirinya adalah fans Tahiti. \"Sekarang saya adalah fans Tahiti. Sangat iri melihat mereka bermain dengan passion dan gembira. Semua orang yang bermain dengan mereka pasti ingin memberi mereka respek,\" kata pemain 29 tahun yang masih membela Chelsea tersebut. (dns/aga)
10 Spanyol v Tahiti 0, Tornado di Rio
Sabtu 22-06-2013,10:05 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :