Social Distancing, Omzet PKL Terjun Bebas

Kamis 26-03-2020,20:30 WIB
Reporter : Agus Rahmat
Editor : Agus Rahmat

CIREBON - Upaya social distancing membuat dilematis bagi usaha mikro. Salah satunya para pedagang kaki lima (PKL). Ada keinginan para PKL untuk berdiam diri di rumah, namun penghasilan keluarga mereka yang mengandalkan penjualan barang dagangan di lapak PKL membuat mereka terpaksa berjualan hampir setiap hari.

Ketua forum PKL Kota Cirebon Erlinus Tahar menjelaskan, para PKL di kota Cirebon yang menjadi member FPKL berjumlah sekitar 1.500 pedagang. Dari jumlah tersebut hampir 1.000 pedagang saat ini masih terap berjualan untuk menyambung kebutuhan hidup sehari-hari.

“Kami inginnya juga berdiam diri di rumah selama masa-masa seperti ini. Tapi, ya mau bagaimana lagi, mereka juga kan perlu makan. Kalau dihitung dari 1.500 orang anggota kita, saat ini yang masih aktif berjualan hampir 1.000 pedagang. Mudah-mudahan dalam beraktivitas mereka terap menjaga kondisi kebersihan dan kesehatannya,” ujar Erlinus, di sela penyemprotan disinfektan ke lapak-lapak PKL Jl Ciremai Raya, Rabu (25/3).

Oleh sebabnya, pihaknya melalui korwil-korwil di 14 ruas jalan yang menjadi lokasi mangkal para member FPKL, terus memberikan himbauan agar para pedagang senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan di area tempat berjualan. Supaya dapat melindungi diri sendiri dan para pembeli. Dia juga berencana akan membagikan cairan disinfektan seukuran spray semprotan burung agar para PKL bisa menggunakannya menjaga kebersihan secara mandiri dan rutin.

Wakil ketua pengurus FPKL ruas Jl Ciremai Raya, Heri Sulistianto memaparkan, pihaknya mengadakan penyemprotan disinfektan ke gerobak lapak-lapak, serta meja dan kursi para PKL di area sekitar SMAN 3 dan SMPN 7 hingga ke Puskesmas Larangan untuk upaya mensterilkan lapak tempat berjualan para PKL, dan meja serta tempat duduk para pembeli makanan yang dijajakan para PKL.

Sementara itu, meski masih berjualan para PKL mengaku mengalami penurunan omset yang cukup signifikan selama satu pekan terakhir ini, setelah ditetapkannya kebijakan belajar di rumah dan bekerja dsri rumah oleh otoritas setempat.

“Jualannya sepi, turun omset bisa sampai 60-70 persen. Hari ini saja sudah hampir jam 11 tapi dagangan saya belum habis setengahnya. Pelanggan yang biasa sarapan pagi-pagi dan dimakan langsung di tempat juga berkurang,” ujar Jaenuri, penjual nasi kuning-uduk di depan Puskesmas Larangan. (azs)

Tags :
Kategori :

Terkait