Dosa DI’s Way

Rabu 29-04-2020,05:00 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Maka statistik Covid-19 Magetan pun tiba-tiba melejit. Nama Magetan menjadi begitu terkenal --untuk yang kurang membanggakan. Pun barak buruh kasar di Singapura itu. Juga membuat statistik Covid-19 di sana tiba-tiba mengalahkan Indonesia --memburuknya. Penghuni barak itu umumnya buruh bangunan dari Bangladesh dan India. Kejadian di Singapura itu membuat orang membandingkannya dengan Taiwan. Singapura kalah.

Taiwan juga memiliki ratusan ribu buruh pabrik --dan pembantu rumah tangga. Terbanyak dari Indonesia dan Vietnam. Tapi tetap terjaga: hanya satu yang terkena virus: yang dari Indonesia --itu pun sudah sembuh. Ia tercatat sebagai penderita Covid ke-2 di Taiwan. Tapi apakah Prof Tasuku benar-benar tidak pernah berkomentar soal Covid?

Ternyata tidak juga. Ahli imunitas itu pernah membuat pernyataan. Isinya: Covid-19 bermula di Tiongkok, tapi Tiongkok akan yang pertama bisa mengatasinya. “Saya tidak bisa mengatakan apakah itu akan membuat Tiongkok kian berpengaruh di dunia atau dunia akan menjauhi Tiongkok,\" katanya.

Pernyataan itu dibuat tanggal 10 April 2020. Dua minggu kemudian muncul satu akun twitter dengan nama profesor itu. Tapi twitter itu hanya dua kali mengunggah isi --seolah pendapat Prof Tasuku beneran. “Saya tidak tahu apa maksud akun twitter tersebut dibuat dengan nama saya,” ujarnya.

Untung ada News Meter. Media klarifikasi ini menjadi sangat terkenal. Yang menulis klarifikasi tadi adalah Amritha Mohan, reporter di media itu. Ia seorang master jurnalistik dari Hyderabad University.

Saya pun menyarankan Imawan Mashuri, teman saya yang kini memimpin sekolah tinggi kewartawanan di Surabaya. Nama sekolah itu STIKOSA d/h Akademi Wartawan Surabaya. Agar jurusan jurnalistiknya bisa mempunyai tim yang kuat untuk \'news clearing house\' seperti NewsMeter. Media sosial begitu bebas sekarang ini. Perlu lembaga pengecek kebenaran semua isu yang menyesatkan.

Aneh juga: mengapa saya menyarankan itu ke teman saya. Mengapa tidak saya sendiri yang melakukan. Itulah dosa kedua DI\'s Way: merasa tidak punya cukup daya untuk itu. Tapi ini bukan soal sumber daya saja. Memang akan lebih baik kalau mahasiswa jurusan jurnalistik yang melakukannya. Sekalian belajar bagaimana filsafat jurnalistik jangan diabaikan: adanya kebenaran di balik kebenaran.

Ya sudahlah. Orang Wuhan sudah bisa bersenang-senang kembali. Teman saya di dekat Wuhan pun kirim WeChat. Berikut fotonya. Ia lagi berada di lobi sebuah restoran yang sangat besar. Bersama keluarganya. “Sudah tiga bulan kami tidak pernah makan di restoran,” tulisnya.

2

Hemm… kalau saja dua bulan lalu kita sudah lockdown, mungkin malam Minggu nanti kita juga sudah bisa ke restoran. Atau justru sudah ke kuburan? (dahlan iskan)

Tags :
Kategori :

Terkait