Disdik Usung Brand Sekolah, Masing-masing Punya Keunggulan

Jumat 01-05-2020,21:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Imej favorit masih melekat pada sekolah tertentu. Padahal, penerimaan peserta didik baru (PPDB) dengan sistem zonasi sejatinya lebih mengusung asas pemerataan pendidikan. Dengan konsep brand sekolah, mampukah mereduksi ambisi “favorit” masyarakat?

ADE GUSTIANA, Cirebon

MESKI diterapkanPPDB tiga tahun terakhir, namun hasrat masyarakat menyekolahkan anaknya di sekolah yang dianggap favorit belum jua sirna. Padahal, sistem zonasi ini tujuan utamanya adalah memberikan kemudahan akses pendidikan, dengan membuka seluas-luasnya pada siwa terdekat.

Konsep brand sekolah yang diusung dinas pendidikan, diharapkan mampu menghilangkan imej favorit ini. Masyarakat pun diberikan pilihan, sesuai dengan keunggulan sekolah masing-masing.

“Disdik tidak pernah menggaris bawahi SMP favorit. Untuk menghilangkan stigma, tahun ini kita mengajak siswa memilih sesuai school brand,” ujar Kepala Dinas Pendidikan, Irawan Wahyono SPd MPd, Rabu (29/4).

Brand yang dimaksud adalah keunggulan masing-masing sekolah yang dijadikan sebagai tagline. Baik dalam program pembelajaran maupun kegiatan di luar itu. “Misalnya di SMPN 15 ada program Oke Oce. Kemudian ada sekolah yang memiliki program tahfidz quran, dan lain sebagainya. Brand seperti itulah yang jadi pilihan,” imbuhnya.

Irawan menggaris bawahi, brand dari sekolah mesti jadi senjata promosi kepada masyarakat. Diinformasikan seluas-luasnya. Sehingga tercapai tujuannya untuk menggiring pemikiran masyarakat dari sekolah favorit ke brand tersebut. “Kita ingin orang tua menyekolahkan siswa berdasarkan brand yang diminati. Sekolah swasta yang muridnya banyak, itu karena brand,” tukasnya.

2

Ke depan, dia berharap sekolah sungguh-sungguh membentuk brand tersebut. Kemudian mempromosikannya. Dengan tujuan mengikis stigma sekolah favorit yang menjadi rujukan dalam mendaftarkan peserta didik.

Bagi Irawan brand sekolah sangat penting. Tak sekadar jadi ciri khas, sekolah mesti benar-benar mengembangkannya. Misal, sekolah yang  memiliki brand olahraga, diarahkan ke pembinaan secara rutin ke siswa yang memang bisa diasah dan potensi menjadi atlet.

Rencana Dinas Pendidikan yang akan membuat sekolah di Kota Cirebon memiliki brand masing-masing, diharapkan dapat menjadi solusi pemerataan siswa. Kepala SMPN 10, Sahlan, mengapresiasi rencana dinas pendidikan. Dengan demikian, tidak ada lagi sekolah favorit dan nonfavorit.

Setiap sekolah punya ciri khas dan keunggulan masing-masing. Sehingga masyarakat bisa memilih sesuai dengan kencederungan dan potensinya.

“Brand sekolah sebenarnya cita-cita kita bersama. Jadi siswa bisa menilai sekolah mana yang mereka idolakan. Sesuai minat mereka,” ujar Sahlan, belum lama ini.

SMPN 10 mengusung konsep ”Beribadah” yang merupakan akronim dari  berkarakter, inovatif, berilmu, amanah, disiplin, lingkungan aman dan lingkungan yang hijau. “Brand kami, ingin jadi pencetak siswa yang hafal Alquran dan jago matematika,” tuturnya.

SMPN 10 saat ini memiliki siswa sebanyak 846, untuk kelas IX yang akan mengikuti ujian sebanyak 256 terdiri dari SMP Terbuka 3, Lemahwungkuk 11 siswa, siswa reguler 245.

Lain lagi dengan SMPN 7 yang mengusung brand Adiwiyata sekolah sehat. Wakil Kepala Sekolah SMPN 7, Dewi Yoni Setyorini mengungkapkan, tahun 2019 SMPN 7 mengikuti lomba sekolah sehat tingkat Provinsi Jawa Barat.

Tags :
Kategori :

Terkait