Rumah Timur Banjir Tamu

Senin 11-10-2010,07:33 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Pekan ini, Kepala Baharkam Polri Komjen Timur Pradopo akan diuji kelayakan (fit and proper test) di DPR. Pro kontra soal pencalonannya kian hari tambah panas. Jenderal bintang tiga yang masa kecilnya disapa Timung itu digoyang soal isu kerusuhan Trisakti 1998 dan kegagalannya menjaga keamanan Jakarta saat menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya. Namun, meskipun diterpa kritik, dukungan untuk Timur tampaknya juga mengalir deras. Bahkan, seharian kemarin rumah pribadi Timur Pradopo di jalan Kucica VIII Nomor 25, Bintaro Jaya Sektor IX, Pondok Aren, Tangerang Selatan mulai didatangi banyak tamu. Satpam komplek perumahan itu Marjuki mengungkapkan sejak pagi hingga menjelang siang rumah Timur banyak didatangi tamu. “Pakai mobil semua. Mobilnya gede-gede,” katanya pada Jawa Pos (Grup Radar Cirebon) petang kemarin (10/10). Rumah Timur terletak nomor dua dari ujung. Enam rumah yang ada di deretan itu semuanya berlantai dua, termasuk rumah Timur. Rumahnya berdiri di atas lahan sekitar  400 meter persegi. Rumah bergaya minimalis itu dicat putih. Sejak ujung jalan, satpam komplek sudah mulai memperketat pengamanan. Rumah jenderal bintang tiga itu dijaga empat orang petugas, dari identitas badge di lengan kanan, polisi itu dari Polsek Bintaro. Dua orang sekuriti berpakaian hitam-hitam tampak menemani mereka. Saat Jawa Pos hendak bertamu dan mendekat ke pagar warna hitam keabu-abuan, seorang sekuriti berpakaian safari hitam-hitam melarang masuk. “Bapak tidak ada di rumah,” katanya dengan raut muka dingin saat tahu ada wartawan hendak meminta waktu wawancara. Entah sekuriti itu jujur atau tidak yang jelas dari kejauhan tampak ada aktivitas di dalam rumah. Saat itu juga ada tiga mobil yang terparkir di pinggir jalan dekat rumah Timur. Yakni, sebuah mobil Toyota Vellfire, satu Toyota Alphard dan sebuah Honda New City warna metalik. Menurut satpam Marjuki, Timur jarang kelihatan di komplek itu. “Hanya anak-anaknya,” katanya. Timur mempunyai dua anak yakni Mohammad  Bimo Aryo Seto dan Dhea Istigfarina Miranti. Marjuki ingat, anak Timur yang bernama Dhea mengemudikan mobil Toyota Yaris berplat nomor B 1 DEA. “Saya hafal betul (plat nomornya, red) karena selalu lewat depan pos,” katanya. Sejak menjadi Kapolda Metro Jaya, Timur, tinggal di rumah dinas jalan Teuku Umar 49, Menteng, Jakarta Pusat. Saat ini, jenderal berkumis tebal yang dipelihara sejak masih Akpol itu, juga mendapat jatah rumah dinas sebagai Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dukungan untuk Timur juga datang dari mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji. Terdakwa dua kasus korupsi itu (kasus suap Arwana dan kasus Pilkada Jabar) sangat gembira dengan pencalonan Komjen Pol Timur Pradopo menjadi calon Kapolri pengganti Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD). “Jauh hari sebelum nama Timur disebut-sebut, Pak Susno sudah menyebut nama Timur yang paling layak sebagai kapolri,” ucap juru bicara sekaligus kuasa hukum Susno, Ari Yusuf Amir kepada Jawa Pos  kemarin (10/10). Ari mengaku, Susno menyatakan pendapatnya itu kepadanya sebelum hari Raya Idul Fitri lalu. “Berarti sudah lama dia merasa bahwa Timur yang paling baik diantara semua perwira tinggi yang lain,” ucapnya. Kepadanya, Susno mengaku bahwa sosok Timur memang yang terbaik dibanding dengan calon-calon yang lain. Misalnya Komjen Pol Nanan Sukarna dan Komjen Pol Imam Sudjarwo. Salah satu yang menjadi inidikator bahwa Timur yang terbaik adalah saat Timur menjadi pengganti Susno menjabat Kapolda Jabar. Menurut Susno, Timur dengan baik meneruskan tugas-tugas yang belum diselesaikan Susno saat menjabat sebagai Kapolda. Hampir semua program yang dicanangkan Susno saat itu dilanjutkan dengan baik oleh Timur. Sebelum menjabat sebagai Kabareskrim Susno memang bertugas sebagai Kapolda Jawa Barat Januari 2008 sampai Oktober 2008. Dia diganti Timur yang saat itu menjabat sebagai Staf Ahli Kapolri. “Dia (Susno) sering mengontak bekas anak buahnya di Jabar, hampir semua mengaku bahwa Timur bekerja dengan baik dan banyak anak buahnya yang menyukai kepemimpinan Timur,” ucapnya. Namun, kala itu Susno mengaku tidak begitu yakin Timur bakal terpilih menjadi Kapolri. Bahkan, hampir tidak mungkin Timur terpilih menjadi pengganti BHD. Sebab, di dalam tubuh Polri sendiri, banyak pihak yang kurang suka dengan sosok Timur. Menurut Susno, sejak dulu Timur tidak pernah terlibat dalam kelompok-kelompok yang ada di kepolisian. “Timur tidak pernah ikut gap-gap-an dan tidak pernah terlibat konflik di dalam,” kata Ari. Nah, mungkin karena netral dan bebas dari kelompok-kelompok nama Timur kurang popular. Menanggapi tentang terpilihnya Timur sebagai calon Kapolri, Susno pun menanggapi dengan senang hati dan sangat mendukung keputusan presiden itu. Ari mengatakan, kliennya sangat berharap banyak kepada Timur untuk melakukan perbaikan di tubuh kepolisian. “Mungkin semangat mereka memang sama. Untuk memperbaiki kepolisian,” ucapnya. Di bagian lain, korban pemukulan sekelompok orang tak dikenal yakni Tama Satria Langkun terus menagih janji Timur menyelesaikan kasusnya. “Komitmennya kok rendah banget,” kata Tama yang saat sakit dijenguk SBY itu. Menurut aktivis ICW yang pertama kali membongkar kasus rekening gendut itu, komitmen Timur dalam pemberantasan kasus korupsi perlu dipertanyakan. Tama mengatakan, Timur sama sekali tidak memiliki prestasi dalam pengungkapan kasus korupsi. Bahkan salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa komitmen Timur dalam memberantas korupsi sangat buruk adalah tak kunjung selesainya kasus pemukulan Tama yang dilakukan beberapa orang tak dikenal pada 8 Juli lalu. Seperti yang diketahui kasus pemukulan Tama itu diduga terkait dengan pengungkapan rekening gendung perwira polri oleh ICW. “Kami tidak yakin ada perubahan di kepolisian kalau Timur yang naik,” katanya. Di bagian lain, staf ahli Kapolri Bambang Hendarso Danuri, Dr Chairul Huda mengatakan wajar saja banyak pihak yang mempertanyakan komitmen Timur dalam memberantas korupsi. “Namanya juga masih dicalonkan. Jadi kan belum tahu sampai sejauh mana prestasinya,” ucapnya. Karenanya, butuh waktu bagi Timur untuk membuktikan bahwa dirinya adalah yang terbaik dan sanggup membawa Polri lebih baik dari pada sebelumnya. Selain itu, untuk mempertanyakan sejauh mana komitmen Timur dalam menumpas korupsi merupakan tugas penuh DPR. Dia mengatakan parleman harus memanfaatkan fit and proper test untuk mempertanyakan dan mengetahui sejauh mana visi dan misi mantan Kapolda Metro Jaya itu. “Memang yang paling penting adalah proses politik di DPR,” ucapnya. Selain itu DPR juga harus meminta Timur menandatangani janji dan komitmennya untuk memberantas korupsi. Nah, jika sewaktu-waktu Timur dinilai melanggar dan tidak menepati janjinya, maka DPR berwenang untuk mempertanyakannya. “Jangan buru-buru kontra kalau belum jelas faktanya,” katanya. Timur Pradopo adalah lulusan Akpol 1978 dan PTIK 1989 mengawali karirnya sebagai  perwira Samapta Poltabes Semarang (1979). Lantas berturut-turut sebagai  Kasi Operasi Poltabes Semarang, Kapolsekta Semarang Timur, Kabag Lantas Polwil Kedu, Kabag Ops Dit Lantas Polda Metro Jaya, Kasat Lantas Wil Jakarta Pusat, Kapolsek Metro Sawah Besar, Wakapolres Tangerang, Kabag Jianmas Lantas Polda Metro Jaya. Pada 1998 Timur menjabat sebagai, Kapolres Metro Jakarta Barat. Lalu Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kapuskodal Ops Polda Jawa Barat, Kapolwiltabes Bandung Polda Jawa Barat, Irwasda Polda Bali.(kuh/rdl)

Tags :
Kategori :

Terkait