Pangan Pertahanan

Selasa 14-07-2020,05:00 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Tentara harus bisa memulihkan jalan dan jembatan itu. Agar tank dan kendaraan militer bisa lewat.

Di Korea Utara lebih mampu lagi. Saya pernah meninjau kota baru di pusat kota Pyongyang. Di situ dibangun 29 gedung pencakar langit. Beserta lingkungan perkotaan yang indah. Taman-taman dan pencahayaannya cantik. Semua dikerjakan oleh tentara.

Adalah juga biasa di sana kalau di pinggir jalan terlihat banyak tentara memasang kabel. Seperti kontraktor Telkom atau listrik.

Apakah di Kalteng nanti akan begitu? Atau tentara menjadi pemegang penugasan saja lalu pekerjaan disubkan ke kontraktor? Meniru kebiasaan di BUMN yang terlambat saya ketahui? Saya sangat setuju bidang pertanian diprioritaskan di masa Covid-19 ini. Sektor pertanianlah yang masih bisa ditumbuhkan di masa lesu ini. Berkali-kali saya mengemukakan hal itu.

Jangan salahkan kalau beberapa sektor ekonomi lesu. Bukan karena menteri pariwisata tidak kerja keras kalau sektor wisata lesu. Andai kerja keras pun hanya akan menghabiskan anggaran —tanpa hasil.

Tapi sektor pertanian bisa digenjot-habis tanpa banyak risiko memperburuk pandemi. Ciri-ciri pekerjaan di bidang pertanian relatif aman: bisa dikerjakan dengan jaga jarak, di udara terbuka, di bawah terik matahari.

Tapi kenapa buka sawah baru di Kalteng? Area yang disiapkan pun luas sekali: 1,4 juta hektare. Yang tahap pertamanya dimulai dengan 30.000 hektare. Semula saya perkirakan tidak begitu. Kalau pun pemerintah menggalakkan pertanian saya pikir akan dikaitkan dengan upaya mengatasi kemiskinan dan penyerapan lapangan kerja di pedesaan.

Saya salah dalam memperkirakan. Saya kira penggenjotan pertanian itu akan dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Ditambah Bali, Lampung, Lombok dan Sulsel. Atau mendorong Sumbawa, Sumba, dan Gorontalo untuk jagung. Dengan begitu saya perkirakan bisa mengurangi penderitaan orang miskin. Dalam jumlah besar.

2

Sekaligus bisa meningkatkan produksi pangan dengan lekas. Saya sudah belajar banyak di bidang ini. Kesimpulan saya: meningkatkan produksi pertanian di daerah yang sudah jadi akan lebih berhasil daripada di daerah yang masih baru.

Sama-sama menargetkan peningkatan produksi beras 5 juta ton, misalnya, akan lebih berhasil lewat intensifikasi dari pada ekstensifikasi. Kecuali proyek ekstensifikasi tersebut untuk jangka panjang. Yang tidak dikaitkan langsung dengan penanganan dampak Covid-19. Terserahlah.

Setidaknya pengungkapan program sawah baru di bawah kementerian pertahanan ini bisa membuat kita lupa pada kalung anti Covid yang lagi digalakkan menteri pertanian. Ke mana-mana SYL mengenakan kalung anti Covid-19. Termasuk ketika ke DPR. Sampai-sampai ada anggota DPR yang memintanya melepas kalung itu.

Ternyata kalung itu berisi minyak kayu putih di bandulnya. SYL yakin itu bisa menangkal Covid-19.

Keyakinan itulah yang banyak dipersoalkan orang. Bisa-bisa masyarakat mengikuti jejak SYL. Padahal tidak ada dukungan riset ilmiahnya.

Tapi SYL sangat pede. Kampanye kalung itu ia anggap sebagai bagian dari tugasnya sebagai menteri pertanian. Maksudnya: bukankah pohon minyak kayu putih itu hasil budidaya tani? (dahlan iskan)

Tags :
Kategori :

Terkait