Tak Bisa Restrukturisasi Utang, Dahlan Tawarkan Merpati ke Investor

Jumat 12-07-2013,10:49 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Permasalahan finansial yang dialami PT Merpati Nusantara Airline tampaknya sudah menjadi simpul mati. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Menurutnya, utang BUMN penerbangan sebesar Rp6 triliun itu sudah tak bisa ditanggulangi tanpa upaya penalangan dari investor. Karena itu, dia secara resmi menawarkan saham merpati kepada masyarakat umum. Dahlan menyatakan, Merpati kini sudah dalam keadaan yang sangat sulit. Satu-satunya cara untuk mempertahankan perusahaan adalah dengan mengonversi utang. Jadi, utang sebesar 6 triliun itu bakal ditawarkan ke investor untuk dilunasi dan diganti saham kepemilikan. \"Mengingat sulitnya restrukturisasi utang (merubah kesapakatan pembayaran utang dari jangka waktu dan besaran cicilan, red), terpaksa kami mengundang investor,\" jelasnya di Jakarta kemarin (11/7). Dia menjelaskan, pihaknya memang secara resmi mengumumkan hal tersebut karena butuh kepastian. Sebab, kejadian sebelumnya pernah beredar isu bahwa ada investor yang berminat masuk ke Merpati. Tapi, setelah diusut, ternyata peminat itu tak mengeluarkan surat atau proposal yang resmi. \"Untung saya waktu itu tidak menanggapi,\" tambahnya. Soal kemungkinan sulitnya mendapatkan investor, Dahlan tak menampik. Menurutnya, kondisi BUMN tersebut memang kurang menggairahkan bagi investor. Namun, dia mengaku bakal terus menawarkan perusahaan tersebut. Sebab, tenggat waktu yang harus dicapai adalah dua bulan ke depan sebelum pihaknya mempertimbangkan likuiditas perusahaan. \"Dibuka secara resmi. Jika tidak ada yang berminat, suatu saat Merpati harus mengakhiri eksistensinya. Meskipun, berbagai usaha sudah kita dilakukan,\" jelasnya. Sebenarnya, lanjut dia, masih ada satu solusi lagi selain jalan likuiditas. Yakni, mengubah core-businessmen jadi perusahan maintenance facility (pusat perawatan pesawat terbang, red). Menurutnya, Merpati mempunyai kesempatan yang cukup baik. Dengan begitu, merpati bisa menghilangkan beban biaya untuk beroperasi secara reguler. \"Ditambah lagi, fasilitas maintenance bagus. SDM juga bagus. Kepercayaan luar negeri (klien perusahaan asing, red) kepada maintenance facility Merpati bagus. Jadi, Merpati tidak terbang tapi usaha tetap berjalan. Apalagi usaha non aero tetap berjalan sehingga Merpati berubah sama sekali tidak terikat pada terbang reguler. Tapi sekali lagi ini masih saya pikirkan,\" ujarnya. Sayangnya, hingga berita ini dibuat, pihak PT Merpati belum mau berkomentar. Saat dihubungi, Kepala Humas Merpati Achmad Zulfikri mengaku tak bisa berkomentar mengenai hal tersebut. \"Besok akan kami kirim rilisnya. Saya belum bisa berkomentar,\" ujarnya. Saat ini, Merpati mempunyai anak perusahaan yang bernama Merpati Maintanance Facility (MMF) di Bandara Juanda Surabaya. Tak seperti Merpati, anak perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang cukup cemerlang dengan memperoleh sertifikat Design Organization Approval (DOA) dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) dan sertifikat standar dari European Aviation Safety Agency (EASA). Bahkan, anak usaha ini berencana untuk melakukan spin off (menjadi perusahaan sendiri, red) tahun lalu. Sayangnya, kabar tersebut kembali meredup setelah Merpati terus diributkan dengan masalah utang. (bil)

Tags :
Kategori :

Terkait