WARGA Israel menggelar demonstrasi besar-besaran menuntut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mundur dari jabatannya. Netanyahu dinilai tak sanggup menangani covid-19.
Krisis akibat Covid-19 di Israel menjadikan tingkat pengangguran yang meningkat tajam. Warga Israel hampir setiap hari turun ke jalan dalam demonstrasi menentang pemerintah.
Dilansir Reuters, kemarahan publik semakin diperparah dengan dugaan korupsi yang dilakukan Netanyahu. Dugaan korupsi itu telah diadili pada bulan Mei lalu dengan tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan. Namun Netanyahu telah membantah semua tuduhan itu.
Pada Sabtu (18/7) kemarin, di Yerusalem ratusan orang berkumpul di luar kediaman Netanyahu dan kemudian berbaris di jalan-jalan. Mereka menyerukan pengunduran diri Netanyahu. Kepolisian menggunakan meriam air untuk membubarkan aksi masa. Setidaknya dua orang ditangkap dalam aksi tersebut.
Sementara itu, di Tel Aviv, pusat komersial Israel, ribuan orang berkumpul di tepi pantai, menuntut bantuan pangan dari negara yang lebih baik akibat covid-19. Mereka menuntut bantuan kepada warga yang kehilangan pekerjaan atau di-PHK tanpa pesangon.
Reshet TV News melaporkan polisi di Tel Aviv menggunakan gas air mata untuk mencoba membubarkan para demonstran yang berbaris di jalan-jalan. Stasiun televisi itu menyiarkan rekaman bentrokan para pengunjuk rasa dengan polisi.
Israel membuka kembali sekolah-sekolah dan banyak bisnis pada Mei dan mencabut pembatasan-pembatasan guna melandaikan kurva penularan kasus, setelah penguncian sebagian diberlakukan pada Maret.
Tetapi tingkat infeksi covid meningkat tajam dalam beberapa minggu terakhir. Banyak pakar kesehatan menilai, pemerintah terlalu terburu-buru untuk membuka penguncian. Sejauh ini, Israel, dengan populasi 9 juta jiwa, telah melaporkan hampir 50.000 kasus dan 400 kematian akibat COVID-19. (dal/fin).