Good Bye Ma La

Kamis 30-07-2020,05:00 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Suatu hari dia masak \'Potetoes Fondantes\' a la Jacques Pepin. Untuk kali pertama. Asisten di rumahnyi —dia memanggilnyi \'bibi\'— melihat praktik pertama itu. \"Kok beda sekali dengan orang di kampung saya dalam membakar kentang,\" ujar sang Bibi yang berasal dari Ningbo.

Hari itu Ny Mullinax terpaksa keluar rumah lagi. Membeli kentang lagi. Dua anaknyi menyikat habis kentang yang baru saja dibakar. Suaminyi tidak kebagian.

Buku pertama yang diterbitkan Ny. Mullinax berjudul Antropologi Dapur tahun 2009. Laris. Pembaca merasa senang karena ditulis dengan banyak humor. Buku terbarunyi berjudul Semua Orang Ingin Masak. Juga laris. Medsosnyi penuh dengan pujian.

Selama di Chengdu Ny Mullinax tentu serasa di sorga —sorga pedas. Chengdu adalah ibu kota provinsi Sichuan. Yang terkenal dengan masakan pedasnya. Jenis pedasnya bukan pedas yang pernah kita kenal. Jenis pedasnya disebut ma la. Pedas yang sampai seperti mati rasa.

Pedas itu datang dari butiran-butiran hijau sebesar merica. Jangan sampai tergigit ma la —pun bila hanya sebutir. Padahal di dalam panci masakan Sichuan itu ada ratusan biji ma la. Yang kadang salah satunya nyelempit di sayur atau di ikan atau di ayam. Lantas tergigit. Rambut Anda pun akan langsung berdiri.

Ny Mullinax pasti kangen dengan pedasnya masakan Sichuan itu. Tapi politik tidak peduli romantisme seperti itu. Sekejam-kejam bapak tiri masih lebih kejam politik. Sepeda-pedas tergigit ma la masih lebih pedas tergigit politikus. (dahlan iskan)

Tags :
Kategori :

Terkait