Pengrajin Bawang Goreng Istirahat

Senin 15-07-2013,12:37 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

SINDANGAGUNG - Bukan hanya warga yang mengeluh dengan melambungnya harga bawang goreng yang mencapai Rp60 ribu/kg. Para pengrajin bawang goreng pun  mengeluh. Bahkan, mereka terpaksa menghentikan produksinya karena  keberatan dengan harga bahan baku. Salah satu pengrajin yang menghentikan produksinya adalah H Ebo. Pria yang tinggal di Desa Taraju Kecamatan Sindangagung  ini menghentikan produksi bawang sejak sepekan lalu. Ebo yang sudah menggeluti sejak puluhan tahun ini mengaku, tidak ada cara lain selain menghentikan produksi sementara waktu. Kalau dipaksakan akan babak belur karena harus menjual harga mahal sedangkan konsumen beleum tentu mau. “Meski bahan baku sama,  untuk bawang goreng ukuran lebih kecil sehingga harga berbeda. Kalau yang besar mencapai Rp50 ribu, untuk bawang goreng Rp13.500/kg, padahal harga normal di bawah Rp10 ribu,” ucap Ebo kepada Radar, Minggu (14/7). Ketika bahan baku di bawah Rp10 ribu/kg ia menjual minimal Rp30 ribu. Kalau bahan bakunya naik harus berapa menjual ke konsumen? Tentu lebih baik memilih menunggu harga normal. Untuk memenuhi permintaan pasar, Ebo masih memiliki stok hingga usai lebaran. Bagi para pengusaha bawang sudah menjadi hal lumarah ketika menyimpan stok. Selain, untuk menyetok stok, juga jaga-jaga apabila harga bahan baku naik. “Kalau sudah normal pasti akan kembali memproduksi karena kalau tidak produksi, selain kasihan ke konsumen juga  tidak akan punya penghasilan,” ucap pria yang meneruskan usaha warisan orang tuanya ini. Selama ini lanjutnya, dalam sehari memproduksi minimal 1,5 ton. Selama bawang masih banyak akan terus memproduksi. Diakuinya selama ini bawang yang diolah adalah bawang lokal. Kalau seandainya harga bawang impor lebih murah dan ada pasti untuk sementara waktu menggunakan bawang impor. Namun, karena tidak ada, pedagang akan pasrah menunggu harga normal. Dengan berhentinya produksi kata Ebo, dalam rentan waktu kurang dari enam bulan pengrajin dua kali menghentikan produksinya. Pada bulan Maret pun terpaksa berhenti karena harga sama seperti ini melambung. “Baru saja memulai eh malah naik lagi, untungnya ketika murah saya terus memproduksi,” kata Ebo yang menyebutkan meski tidak produksi namun untuk karyawan tetap memberikan THR. Sekadar informasi Desa Taraju merupakan sentra perajin bawang goreng. Tidak bermitra dengan perusahan seperti Indofood namun semua pasar yang ada di Jawa Barat dan DKI di pasok dari Kuningan.  (mus)

Tags :
Kategori :

Terkait