WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih saja menutup rapat terkait kematian adiknya Robert Trump, yang meningal pada Sabtu (15/8) malam, tepatnya sehari setelah dirinya menjenguk di satu rumah sakit New York.
Bahkan, Gedung Putih pun enggan mengomentari kematian tersebut. Muncul spekulasi jika adik orang berpengaruh di negara Paman Sam itu, lantaran terpapar Covid-19 yang kian masif.
Robert Trump, wafat saat berusia 71 tahun. Dia merupakan pebisnis, berpengaruh di AS. Sosoknya lebih dikenal sebagai pengusaha real estate di sejumlah negara. Robert Trump dikenal pendiam dan kerap sembunyi dari kejaran wartawan yang mencoba untuk melakukan sesi wawancara.
Kegeliasahannya, dan pengalamannya dalam bisnis diceritakan dalam buku berjudul; Too Much and Never Enough: How My Family Created the World’s Most Dangerous Man, akan melanggar perjanjian yang secara rahasia terikat dengan harta kepemilikan ayahnya Fred Trump Sr, yang meninggal 1999.
”Saudara saya yang hebat, Robert, meninggal dunia penuh damai semalam. Dia adalah teman terbaik saya. Kenangannya akan hidup selamanya dalam hati saya. Robert, Aku mencintaimu. Beristirahatlah dalam damai,” kata Trump dalam suatu pernyataan, Minggu (16/8).
Ya, Presiden Trump menjenguk saudaranya yang sedang sakit pada Jumat di Pusat Medis Presbyterian/Weill Cornell New York sebelum menuju klub golfnya di Bedminster, New Jersey, untuk berakhir pekan.
Penyebab kematian tak diungkapkan. Trump hanya mengaku saudaranya mengalami masa sulit dengan penyakitnya. Sebuah sumber yang mengetahui situasi itu mengatakan saudara itu telah mengonsumsi obat pengencer darah.
ABC News melaporkan bahwa Robert Trump dirawat di unit perawatan intensif di rumah sakit Mount Sinai di New York lebih dari sepekan pada Juni.
Pada bulan yang sama, Robert Trump memenangi perintah pencegahan sementara melawan keponakannya/keponakan presiden, Mary Trump, untuk menghentikannya menerbitkan sebuah buku yang isinya memperlihatkan gambaran yang memojokkan tentang keluarganya dan presiden AS. (fin/ful)