Ok
Daya Motor

Sejarah Desa Trusmi: Jejak Leluhur, Arsitektur Kuno, dan Perkembangan Budaya Cirebon

Sejarah Desa Trusmi: Jejak Leluhur, Arsitektur Kuno, dan Perkembangan Budaya Cirebon

Gerbang masuk menuju kawasan Trusmi di Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.-Seno Dwi Prianto-Radarcirebon.com

Sosok ini juga dikenal sebagai Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Sangkan, tokoh penting yang membuka wilayah-wilayah awal Cirebon.

Walang Sungsang kemudian menetap di sebuah kawasan yang kelak berkembang menjadi Desa Trusmi.

BACA JUGA:Sejarah Desa: Asal Usul Desa Slangit Cirebon, Misteri Pohon Slangit dan Pantangan Menjual Nasi

Perkembangan Awal Permukiman

Pada mulanya, masyarakat Trusmi menggantungkan hidup dari pertanian. Desa ini terkenal sebagai penghasil beras dan sirih.

Berdasarkan penuturan para sesepuh, Trusmi sudah tumbuh sebagai kawasan pemukiman sekitar tahun 1405. Posisi desa yang berada di tepi Sungai Glagah turut memperkuat perkembangan agraris masyarakatnya.

Sekitar 1470, wilayah ini berkembang menjadi kadipaten atau kawasan perkotaan. Pertumbuhan itu ditandai hadirnya beberapa wilayah baru di sekitarnya seperti Bangbangan, Klentikan, Sibunder, dan Kebonasem.

BACA JUGA:Sejarah Desa: Asal-usul Bedulan Cirebon, Pertarungan Legendaris Nyi Mas Baduran dan Persinggahan Pasukan Demak

Setiap wilayah dilengkapi Bale Gede, bangunan besar yang menjadi pusat kegiatan masyarakat.

Salah satu bagian terpenting desa adalah kompleks Makam Buyut Trusmi, yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya leluhur utama masyarakat Trusmi. Di masa lalu, kawasan ini diperkirakan merupakan Dalem atau keraton kecil di bawah Kesultanan Cirebon.

Omah Gede, Bale Gede, dan Struktur Permukiman Tradisional

Di samping makam, terdapat bangunan historis lain yaitu Omah Gede, yang dikenal sebagai rumah tinggal Ki Buyut Trusmi, serta Bale Gede yang menjadi tempat tinggal para pengikutnya sekaligus pusat penyebaran agama Islam.

Kedua bangunan tersebut dulunya berada dalam satu petak halaman besar yang dikelilingi dinding bata setinggi dua meter.

Pola hunian di sekitar pusat desa mengikuti sistem magersari, yaitu permukiman untuk keturunan yang masih memiliki hubungan darah dengan leluhur desa. Mereka berhak menempati lahan di sekitar rumah Buyut Trusmi sebagai bagian dari pelestarian garis keluarga.

Pusat Desa Trusmi diyakini berada di kawasan tanah keramat yang terbagi menjadi dua blok: Blok Jero dan Blok Pasarean.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait