Kebutuhan Vaksin Covid-19 Global Diprediksi Sulit Terpenuhi
JAKARTA – Kebutuhan akan vaksin Covid-19 secara global diprediksi bakal sulit terpenuhi. Sebab, hingga kini kasus penambahan positif tidak kunjung menunjukkan adanya penurunan.
Direktur Pusat Penelitian Vaksin Peking University Cui Fuqiang mengatakan, pemenuhan dosis sebanyak dua miliar vaksin dirasa sulit terpenuhi meski pemerintah, perusahaan, serta LSM menjalin kerja sama.
“Ini pentingnya pemerintah, perusahaan, LSM, dan mitra lainnya membuat konsensus bahwa siapa yang paling membutuhkan perlindungan kesehatan harus diprioritaskan untuk memaksimalkan penggunaan vaksin,” ujar Fuqiang dilansir dari media resmi penyiaran Cina di Jakarta, Selasa (17/11).
Bahkan, kata dia, kalau pun target produksi tercapai, maka vaksin tersebut tidak akan mampu mencukupi kebutuhan setiap orang di dunia.
Covax, yang mewadahi 186 negara agar bisa mendapatkan akses vaksin Covid-19 secara adil, memiliki program mendistribusikan dua miliar dosis hingga akhir 2022.
Namun, menurut Fuqiang, target tersebut menjadi tantangan tersendiri terhadap daya produksi.
“Agar Covax bisa bekerja sesuai rencana, maka yang utama (mendapatkan perhatian) adalah kemampuan produksi. Dari semua kandidat, hanya sedikit vaksin yang dinyatakan berhasil. Secara statistik, hanya 5 sampai 10 persen kandidat vaksin yang akhirnya mendapatkan persetujuan,” katanya.
Meskipun Covax telah menetapkan prinsip-prinsip distribusi dengan pertimbangan keadilan, kerentanan populasi, dan tingkat rasio penularan di suatu negara, lanjut dia, masih perlu adanya klausul sebagai petunjuk pelaksana distribusi.
“Selain itu, yang perlu diberitahukan sejak awal kepada publik adalah bagaimana pendistribusiannya karena vaksin tidak akan cukup memenuhi kebutuhan semua orang,” kata Cui.
Diketahui, kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinopharm, BUMN Ciina, hasil uji klinisnya pada Jumat (13/11), lebih bagus dari perkiraan semula.
Organsasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 10 kandidat vaksin Covid-19 telah memasuki uji klinis tahap ketiga pada akhir Oktober lalu. (riz/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: