Peningkatan Mutu Perikanan Tidak Bisa Ditawar
CIREBON - Peningkatan kualitas hasil perikanan tidak bisa ditawar, ini penting dalam rangka hasil perikanan dari Indonesia bisa bersaing di pasar internasional. Hal ini dibahas dalam focus group discussion tentang sinergitas penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dalam meningkatkan peluang ekspor produk perikanan.
Kegiatan digelar Stasiun Karantina Ikan Pengenbdalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Cirebon.
Kepala Pusat pengendalian Mutu BKIPM, Widodo Sumiyanto APi MM menjelaskan, FGD ini kita ingin tujuan utamanya membuka wawasan tentang peningkatan kualitas hasil perikanan. Karenanya dalam FGD ini menghadirkan diaspora di Sydney secara daring. Yang membahas tentang kualitas mutu perikanan, karena mutu hasil perikanan tidak bisa ditawar.
Berdasarkan data secara nasional, pada triwulan pertama sektor perikanan meningkat 10,2 persen, kemudian triwulan kedua turun menjadi 6,2 persen. Namun demikian dirinya optimis Akhir tahun biasanya akan naik dan berharap bisa naik hingga dua digit, setidaknya kembali diatas 10 persen.
Saat ini, kata Widodo, hasil perikanan menunjukkan kinerja positif , mudah-mudahan Desember bisa direkap berapa persen yang kita catat.
Widodo tidak menampik kondsi covid-19 berdampak kepada hasil perikanan khususnya ekspor. Namun demikian BKIPM menerapkan protokol kesehatan. Lokasi-lokasi dibagi 4 wilayah, yakni status merah, status hitam , status hijau dan status kuning.
Para inspektur wajib menerapkan protokol kesehatan dan batas pertemuan batasi dari 6 jam cukup 2 jam. “Bahkan BKIPM bisa melakukan audit virtual. Dan on the track,” bebernya.
Pihaknyaa tidak menampik ekspor mengalami penurun karena pandemi. Hal ini turut dipengaruhi transportasi yang sempat tak beroperasi di saat PSBB. Tapi lambat lain mulai Agustus merambat naik meski belum normal.
Widodo membeberkan hasil perikanan yang ekspor hanya 15 persen, sedangkan yang dikonsumsi dalam negeri mencapai 85 persen. Begitu juga hasil laut masih on progress dalam peningkatan ekonomi.
Bahkan ikan kaleng sejak pandemi produksinya meningkat. Ini berkat usulan dari kementerian, yang minta agar bahan pangan yang didistribusikan ke masyarakat salah staunya melalui ikan kaleng.
Dengan digerakkan konsumsi ikan masyarakat terbiasa. Konsumsi Ikan masyarakat Indonesia meningkat hingga 85 kg per kapita per tahun, begitu juga ekspor tembus di 153 negara, mulai ekspor ke Amerika, Tiongkok, Jepang dan uni Eropa.
“Ikan asin juga di ekspor dan bisa sampai ke Australia,” bebernya.
Ketua panitia, Obing Hobing Asyari menambahkan, FGD sinergitas penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dalam meningkatkan peluang ekspor produk perikanan. Karena penanganan ikan salah satu bagian terpenting mata rantai industri perikanan. Baik ikan segar mempengaruhi mutu hasil perikanan.
Obing mengungkapkan, FGD ini menghadirkan Prof DR I Rohmin Dahuri MSi Penasehat Menteri KKP Bidang Daya Saing SDM inovasi teknologi dan riset, AgnesMarcellina Tjhin Wakil Ketua Umum Bidang Sinergis Dunia Usaha Komisi Pemangku Kepentingan dan Konsultasi Publik Kelautan dan Perikanan. Hadir juga wakil Walikota Dra Hj Eti Herawati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: