Ladang Baru di Titik 500505
Oleh: Ust Subki Sarnawi
SAYA termasuk salah seorang anak buah Dahlan Iskan (Tokoh Pers Nasional) dan Suparno Wonokromo (CEO Harian Sumatera Ekpres Grup), yang memilih resign dari pekerjaan jurnalis di Harian Pagi Sumatera Ekspres dan Grup, di Palembang, Sumsel, dan ingin menghabiskan sisa umur bukan sebagai seorang wartawan, profesi yang sudah saya geluti sekitar 22 tahun lamanya.
Terhitung 1 Januari 2020, di usia saya 50 tahun,5 bulan, dan 5 hari, saya mengundurkan diri secara resmi dari harian terbesar di Provinsi Sumsel itu, dengan jabatan terakhir sebagai wakil direktur dan pimpinan perusahaan.
Plus direktur dan komisaris di beberapa koran daerah di bawah payung manajemen Sumatera Ekspres. Ketika gencar-gencarnya semangat membangun koran-koran di daerah tingkat 2, saya dan beberapa teman dipercaya manajemen untuk mendirikan koran harian di beberapa kabupaten dan kota.
Sebut saja di Kota Prabumulih, Palembang, Kabupaten Muara Enim, Lahat, Empat Lawang, Pagaralam, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur, OKU Selatan, dan Kabbupaten Musi Banyuasin.
Puluhan tahun bekerja di media massa print dengan manajemen yang sangat baik dan dipimpin orang-orang mumpuni, memiliki militansi tinggi atas profesi dan pekerjaan, saya termasuk orang yang sangat beruntung \"ditularkan\" ilmu- ilmu positif, dan diberi kesempatan berproses dalam banyak hal. Sehingga, atasan-atasan saya bukan hanya sebagai bos,
tapi juga sekaligus sebagai guru dan orang tua saya. Mereka orang-orang yang berjasa dalam hidup saya.
Kini saya lebih aktif mengasuh sebuah sekolah Islam, mengasuh dan membina lembaga Tahfizh al Qur\'an, dan mendirikan serta mengikuti majelis-majelis.
Sekolah Islam di bawah Yayasan Cendikia Faiha, sebenarnya sudah saya dirikan sejak saya masih menjabat sebagai General Manager di Harian Sumatera Ekspres.
Bos-bos sudah pernah saya ajak bertandang di sekolah yang kini sudah mengasuh ratusan anak ini. Di lokasi sekolah ini selalu ramai riuh rentak suara anak- anak yang mengaji, dan saya sangat senang suasana itu. Apalagi sekolahnya terletak di dalam sebuah kebun.
Entahlah, seiring waktu, saya merasa lebih enjoy mengelola sekolah ketimbang saya tetap berjibaku di media massa, dengan tanpa harus memutuskan silaturrahim dengan teman-teman, juga dengan bos-bos saya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: