Mengenang Mang Karjo, Pelantun Tembang “Alun-alun Majalengka”
Siapa yang tak kenal dengan sosok seniman asal Desa Leuwikidang, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, Jojo Karso alias Mang Karjo? Ya, seniman Sunda tulen yang semasa hidupnya memiliki talenta bobodoran dan memiliki suara yang khas, telah sekitar 1,6 tahun meninggal dunia. Namun, suara khasnya tersebut masih kerap terdengar di radio maupun tape di masyarakat “Kota Angin”. ALMUARAS, MAJALENGKA LAGU Sunda berjudul “Alun-alun Majalengka” begitu akrab di telinga warga Majalengka. Bahkan, Bupati Majalengka, H Sutrisno, kerap mendendangkan lagu tersebut dalam setiap tampil, salah satunya saat acara baksos di SMAN 1 Majalengka, belum lama ini. Sayangnya booming lagu tersebut, tidak berdampak secara ekonomi kepada keluarga almarhum. Tidak sulit mencari rumah almarhum Mang Karjo di Blok 1 RT/RW 2/3 Desa Leuwikidang, Kecamatan Kasokandel. Wartawan koran ini menemani Ketua Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI), Kabupaten Majalengka, H Dadan Taufik ST untuk memberikan piagam penghargaan dan santunan bagi keluarga almarhum, Kamis (25/7) lalu. Istri almarhum, Wiwin (36) dan ketiga anaknya dengan rona terkejut menyambut tamu. Kepada Radar, Wiwin menceritakan, suaminya meninggal pada usia 47 tahun, pada bulan April 2012. Ia mengaku sangat kehilangan, karena Mang Karjo meninggal tanpa mengalami sakit terlebih dahulu. “Bapak itu meninggal saat badminton. Ketika itu, almarhum main badminton dua set dan berniat main untuk ketiga kalinya. Tapi wajahnya mulai kelihatan pucat kelelahan, sehingga dilarang oleh teman- temannya. Mang Karjo yang ketika itu memiliki badan subur sempat di bawa ke rumah sakit, tapi tidak tertolong,” tutur Wiwin diamini anak sulungnya, Fariz (20). Menurut Wiwin, almarhum meninggalkan tiga anak yakni Fariz Wiharjo (20), Windi Dwi Wahyuni (12) dan Rahmawati Widiarjo Putri (2). Sedangkan darah seniman almarhum kini mengalir ke putra sulungnya, Fariz dan melanjutkan kiprah seni Mang Karjo dengan grup Jojo putra. Yang disesalkan Wiwin dan anak- anaknya, justru setelah kepergian almarhum itu, tembang Sunda “Alun-alun Majalengka”, kaset dan VCD-nya beredar luas di masyarakat. Ia pun sempat menelusuri siapa yang memperbanyak kaset VCD tersebut. Karena sepengetahuannya, lagu itu, hanya untuk internal dinas keperluan promosi wisata Kabupaten Majalengka. “Saya tanya ke setiap pedagang CD di sejumlah pasar, katanya VCD lagu Alun-alun Majalengka diperoleh dari Bandung,” ujarnya. Wiwin menyayangkan dengan pembajakan lagu yang dilantunkan suaminya itu, sementara ahli waris almarhum tidak mendapatkan royalti. Ia berharap agar pihak terkait menelusuri pembacakan karya cipta lagu tersebut. Sementara itu, Ketua MPI Kabupaten Majalengka, H Dadan Taufik ST mengatakan, masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata cukup kenal dengan nama Mang Karjo. “Kami prihatin kalau pihak keluarga almarhum tidak mendapatkan apa- apa dari karya seni Mang Karjo. MPI memberikan penghargaan kepada Mang Karjo sebagai seniman Kabupaten Majalengka yang memiliki andil besar dalam mempromosikan wisata Majalengka,” imbuhnya didampingi Kabiro Radar Majalengka, Waska Eko SAg. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: