Cegah Penyebaran Covid-19, Prokes dan Vaksinasi Harus Jalan Bersama
JAKARTA – Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio menyatakan penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi harus tetap jalan berdampingan. Tujuannya menekan angka penularan Covid-19.
“Sebelum ada vaksin, kita harus menjalankan protokol kesehatan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak). Nanti sesudah ada vaksin, tetap saja 3M diterapkan. Karena vaksin ini tidak menggantikan protokol kesehatan. Sehingga harus berjalan bersama dan berdampingan,” ujar kata Amin di Jakarta, Selasa (15/12).
Menurutnya, pemberian vaksin diharapkan dapat menciptakan kekebalan populasi (herd immunity). Semakin banyak populasi yang memiliki kekebalan setelah divaksinasi minimum 70-80 persen, diharapkan sisa 20-30 persen dari populasi itu akan terlindungi oleh orang-orang yang sudah divaksinasi.
Dikatakan, ketika vaksin ada, hal itu tidak langsung menyelesaikan pandemi. Karena virus tidak langsung hilang. Tetapi virusnya masih hidup di lingkungan sekitar dan tidak musnah.
“Jika suatu ketika virus itu berhasil berkembang biak di luar dan jumlahnya banyak, lalu tiba-tiba menyerang, maka bisa terinfeksi. Karena itu, protokol kesehatan harus tetap dijalankan. “Kecuali kalau sudah dibuktikan virusnya sudah tidak ada lagi,” papar Amin.
Dia mencontohkan, kasus penyakit cacar. Vaksinasi baru dimulai pada tahun 1796. Namun, dunia baru dinyatakan bebas cacar pada 1975. Jadi, perlu waktu 200 tahun untuk membebaskan dunia dari virus penyebab cacar.
“Tentu kita tidak mengharapkan sepanjang itu. Karena sekarang sudah ada ilmu pengetahuan dan teknologiTetapi kita mesti waspada bahwa virus-virus lain masih banyak di sekeliling kita,” ucapnya.
Protokol kesehatan, lanjutnya, masih harus menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. “Ada atau tidak ada pandemi, protokol kesehatan harus tetap menjadi gaya hidup. Ini demi menjaga diri kita dari virus-virus berbahaya,” pungkasnya. (rh/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: