Varian Baru Covid-19 Ditemukan di Afrika Selatan
JAKARTA – Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Kwazulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform (KRISP) mendeteksi varian baru virus di Afrika Selatan (Afsel).
Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize, mengumumkan, ilmuwan telah mengidentifikasi varian baru dari virus Corona. Varian ditemukan setelah tim mengurutkan ratusan sampel virus sejak pandemi dimulai. Dari upaya itu mereka menemukan, bahwa varian tertentu dan semakin mendominasi temuan sampel yang dikumpulkan dalam dua bulan terakhir.
“Kami telah mengadakan pengarahan publik hari ini untuk mengumumkan bahwa varian dari Virus SARS-COV-2, saat ini disebut Varian 501.V2, telah diidentifikasi oleh para ilmuwan genomik kami di Afrika Selatan,” kata Mkhize seperti dikutip dari AFP, Ahad (20/12).
Tak hanya mendominasi, tim juga menemukan bahwa varian itu bisa menyebar cepat dan dapat mempengaruhi orang muda. Para dokter di Afrika Selatan mengatakan, bahwa lebih banyak pasien yang berusia lebih muda dan tidak memiliki penyakit bawaan tapi bisa terkena efek kuat dan parah akibat infeksi virus corona.
“Itu sangat menunjukkan bahwa gelombang kedua yang kami alami sekarang ini didorong oleh varian baru ini,” ujarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menghubungi para peneliti Afrika Selatan yang mengidentifikasi varian baru tersebut. WHO menyatakan, tidak ada indikasi ada perubahan dalam cara virus jenis baru itu berperilaku.
“Kami bekerja dengan mereka dengan kelompok kerja evolusi Virus SARS-COV-2. Mereka menumbuhkan virus di negara itu dan mereka bekerja sama dengan peneliti untuk menentukan perubahan apa pun dalam perilaku virus itu sendiri dalam hal penularan,” kata ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove.
Otoritas kesehatan Afrika Selatan mengatakan varian baru tampaknya menyebar lebih cepat dari sebelumnya. Namun, masih terlalu dini untuk menilai tingkat keparahannya dan kemampuan vaksin saat ini akan bekerja melawannya.
“Di Inggris mereka juga telah mengidentifikasi varian baru, ada beberapa kesamaan antara dua garis keturunan, ada juga jumlah mutasi yang serupa” kata anggota konsorsium genomik pemerintah Afrika Selatan, Prof Tulio de Oliviera.
Afrika Selatan merupakan salah satu negara di Afrika yang terkena dampak virus corona paling banyak dibandingkan negara lain di benua itu. Hingga Jumat (18/12) kemarin, total kasus infeksi di negara tersebut sebanyak 900 ribu.
Sementara angka kematian sebanyak 24.845 kasus. Dari kasus itu, lebih dari 8.700 kasus terdeteksi dalam waktu 24 jam kemarin. (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: