Makna Tradisi Lamaran ala Tionghoa

Makna Tradisi Lamaran ala Tionghoa

CIREBON - Pernikahan menjadi sebuah proses sakral. Sebelum menginjak pernikahan ada prosesi lamaran yang digelar. Tradisi lamaran ala Tionghoa sendiri ternyata sarat akan makna.

Pemilik Y3 Organizer, Margaret Magdalena menuturkan, dalam masa pandemi prosesi pernikahan diharuskan ada pembatasan. Namun, untuk prosesi lamaran sendiri tetap berjalan normal dengan tambahan protokol kesehatan.

Semua item yang harus ada dalam baki lamaran sama. Beberapa yang harus ada antara lain kaki babi, perhiasan, pakaian perempuan dan laki, buah kaleng, kue manis, angpao susu, angpao dapur, lilin, dan Wine atau tjampolay.

“Semuanya memiliki makna tersendiri, dan harus ada di dalam baki lamaran,” ungkapnya.

Dijelaskan Magdalena, beberapa arti dari item pada baki pertama ini seperti perhiasan yang melambangkan kesempurnaan wanita dengan adanya perhiasaan. Kemudian untuk baki kedua yang berisi wine dan lilin, dimana wine melambangkan kesuksesan dan lilin sebagai penolak bala atau sesuatu yang buruk untuk diletakkan di dalam kamar atau di meja altar sembahyang nantinya.

“Lalu di baki ketiga berisi kaleng kaki babi, di mana ini sebagai tanda sukses dan bahagia. Di baki keempat terdapat kalengan buah leci, buah sendiri melambangkan kesuburan dan keharmonisan. Kemudian di baki lima dan enam berisi apel dan buah jeruk yang juga sama artinya,” tuturnya.

Adapun di baki ketujuh berisi misoa, sebut Magdalena, melambangkan panjang umurnya perkawinan. Di baki kedelapan terdapat koya dan manisan agar hubungan dan keluarga selalu manis dan harmonis. Di baki kesembilan berisi pakaian.

“Pakaian ini dahulu berisi pakaian pernikahan. Namun sekarang telah digantikan dengan perlengkapan calon pengantin di rumah baru. Untuk baki terakhir berisi kosmetik, ini juga diperuntukkan bagi mempelai digunakan di rumah baru nantinya,” pungkasnya. (apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: