Bahas Kemiskinan dan Kekayaan dari Sudut Pandang Demotivasi

Bahas Kemiskinan dan Kekayaan dari Sudut Pandang Demotivasi

CIREBON - Tjirebon Book Club menggelar acara bedah buku Demotivasi yang ditulis Syarif Maulana, seorang dosen filsafat sekaligus musisi asal Bandung, Minggu (3/1).

Buku ini merupakan antitesis dari semua kecenderungan tentang motivasi-motivasi yang dalam sepuluh tahun terakhir begitu populer di Indonesia.

Demotivasi memberikan sudut pandang lain yang terkesan fatalistis namun sebetulnya bisa sangat tepat dan presisi. Jika misalnya motivasi-motivasi mengajarkan orang agar bekerja seperti kuda sembari terus berpikir positif akan menjadi kaya, maka Demotivasi justru menolaknya.

Bagi Demotivasi, kemiskinan dan kekayaan adalah persoalan struktur akibat dari sebuah sistem dan kebijakan ekonomi negara. Karenanya, kerja keras nyaris tidak memiliki kolerasi dengan keberhasilan dan penumpukan kekayaan.

Sebaliknya, sebagaimana menjadi salah satu quote dalam buku tersebut, \"Perbanyaklah waktu luang, sebab tidak ada pikiran-pikiran besar yang lahir dari kesibukan\".

Kegiatan yang berlangsung di Taman Kota Ciperna, tepatnya di Kedai Buku dan Kopi Rumah Rengganis tersebut, mendatangkan penulisnya langsung dari Bandung. Sejumlah pegiat literasi dari Cirebon Timur, Majalengka dan Indramayu pun turut menyemarakkan diskusi.

\"Kami sengaja mengangkat topik Demotivasi sebagai penyeimbang dari menjamurnya kecenderungan-kecenderungan motivasional yang sudah mulai overdosis,\" kata Nissa Rengganis selaku tuan rumah dan penyelenggara acara.

Acara berlangsung dinamis dan diskursif selama kurang lebih dua jam dengan dipandu Fathan Mubarak. Dalam salah satu uraiannya, Fathan membawa peserta diskusi pada sebuah imajinasi seandainya orang seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, atau Tan Malaka, membaca buku-buku motivasi dan menuruti nasihat para motivator.

\"Motivasi-motivasi bisa sangat menyesatkan. Beruntung para pendiri bangsa tidak pernah mengikuti seminar-seminar Mario Teguh atau Tung Desem Waringin. Jika itu terjadi, maka kemungkinan mereka akan berpihak pada pemerintah kolonial yang memakmurkan daripada hidup dibuang, disiksa, diasingkan, dan mendekam dari penjara ke penjara,\" tutur Esais itu. (rls/hsn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: