Harga Sembako Masih Tinggi
MAJALENGKA – Janji pemerintah pusat akan menstabilkan harga barang-barang saat Ramadan, tidak terbukti. Justru mendekati Hari Raya Idul Fitri, harga bahan pokok di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Majalengka masih ditemukan belum juga beranjak turun. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Drs H Iman Pramudya Subagja MM melalui Kepala Bidang Perdagangan Drs Duddy Darajat MM membenarkan, jika harga sembako di empat pasar yakni Pasar Cigasong, Kadipaten, Talaga dan Prapatan belum juga mengalami penurunan yang signifikan. Dijelaskan Duddy, berdasarkan informasi harga barang kebutuhan yang masuk pada pihaknya, harga rata-rata yang turun cabai merah biasa sebesar 9,38 persen, cabai merah kriting 11,54 persen, cabai rawit hanya turun 0,77 persen kemudian bawang merah biasa turun 4,55 persen. Adapun harga kentang turun 5,26 persen serta harga tomat juga turun 9,25 persen dan daging ayam ras hanya turun 0,72 persen serta minyak goreng botol turun 3,81 persen. “Harga kebutuhan pokok diperkirakan kembali normal setelah Lebaran nanti. Karena masih dipengaruhi libur Lebaran serta permintaan masih cukup tinggi,” ujarnya. Namun demikian, pihaknya terus mengupayakan pengawasan di sejumlah pasar di Majalengka. Hal itu guna mengantisipasi adanya para spekulan yang nakal dan memanfaatkan harga. Kenaikan harga ini, kata Duddy, diduga dipicu akibat minimnya jumlah pasokan dari distributor. Bahkan para pedagang memperkirakan, kenaikan harga akan terus berlangsung hingga Idul Fitri mendatang. Salah satu pedagang sembako, Rusmiati (44) kepada Radar mengatakan, berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, harga sembako tetap akan bertahan hingga H+7 mendatang, di mana para pemudik berangsur mulai kembali ke tempat kerjanya. Pasalnya, menjelang Lebaran permintaan masih cukup tinggi seperti halnya daging ayam dan sapi. “Ini sudah menjadi hal biasa jika menjelang puasa hingga Lebaran. Harga-harga pada naik, terutama kebutuhan pokok. Ditambah lagi, musim kemarau yang membuat sejumlah komoditas berkurang seperti terjadi pada sayuran dan komoditas lainnya,” terangnya. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: