Menkes Akui Distribusi Vaksin ke Daerah Lebih Sulit
JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui distribusi vaksin COVID-19 ke berbagai daerah lebih sulit. Dia berharap adanya kerjasama antara pemerintah, lembaga dan masyarakat untuk mensukseskan program vaksinasi nasional.
“Distribusi ini membutuhkan jalur logistik dingin (cold chain). Ternyata lebih kompleks dari yang kita duga sebelumnya,” kata Budi Gunadi usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (11/1).
BACA JUGA:Distribusi Vaksin Dilakukan secara Proporsional
Seperti diketahui pada 3 dan 4 Januari 2021 lalu, terdapat 714.240 vial vaksin COVID-19 merek Sinovac yang didistribusikan ke 32 provinsi di Indonesia. Rinciannya 401.240 vial dikirimkan ke 14 provinsi pada 3 Januari dan 313.000 vial ke 18 provinsi pada 4 Januari 2021.
Sedangkan dua provinsi lainnya yakni Sulawesi Barat pada 5 Januari 2021 dan Jawa Barat pada 6 Januari 2021. Vaksinasi tahap awal akan diberikan kepada 1,3 juta tenaga kesehatan yang tersebar di 34 provinsi.
“Sehingga Kemenkes akan sangat butuh bantuan. Baik itu dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun badan usaha swasta untuk bisa bahu-membahu membantu kami. Terutama jika ada kesulitan untuk menyalurkan 426 juta vaksin ini sampai seluruh pelosok Indonesia melalui jalur logistik dingin,” papar Budi.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menegaskan pemerintah sudah menjamin ketersediaan 426 juta vaksin COVID-19. “Kalau saatnya tiba nanti, mohon bantuan dan kerjasama semua pihak,” imbuh mantan Wamen BUMN ini.
Selain itu, dia mengungkapkan 15 juta bahan baku vaksin Sinovac akan tiba di Indonesia pada Selasa (12/1) hari ini. Selanjutnya akan diproses oleh Bio Farma dalam jangka waktu 1 bulan. Sehingga di awal Februari nanti, ada 12 juta vaksin jadi dari 15 juta bahan baku tersebut.
Selanjutnya berdasarkan kerja sama multilateral dengan GAVI, diharapkan minimal 54 juta dosis hingga 108 juta dosis vaksin COVID-19 secara gratis, dapat diperoleh Indonesia.
“Berita baiknya mungkin itu bisa datang lebih cepat pada akhir Februari atau di awal Maret. Vaksin yang datang dari GAVI pilihannya adalah Pfizer, AstraGeneca dan Moderna yang sudah dapat izin EUA-nya (Emergency Use Authorization) dari negara asalnya. Satu lagi Novavax,” tutur Budi.
Saat ini, lanjutnya, Kemenkes sedang sedang berdiskusi dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto untuk menentukan jenis vaksin apa yang akan diambil. “Belum diputusan mau ambil yang mana. Karena vaksin-vaksin ini bisa diberikan di atas usia 60 tahun. Terkait ini, masyarkat yang akan divaksin wajib menerapkan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak),” ungkapnya.
Pemerintah sudah mengonfirmasi pemesanan vaksin COVID-19 dari berbagai produsen. Pertama dari perusahaan farmasi Tiongkok Sinovac sebanyak 125,5 juta dosis. Kedua dari pabrikan vaksin Amerika Serikat-Kanada Novavax sebesar 50 juta dosis.
Ketiga dari kerja sama multilateral WHO dan Aliansi Vaksin Dunia (Covax-GAVI) sebesar 50 juta dosis. Yang keempat dari pabrikan Inggris AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis. kelima perusahaan farmasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat Pfizer BioNTech sebesar 50 juta dosis. fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: