Rusia Bakal Perpanjang Perjanjian dengan AS Masalah Senjata Nuklir

Rusia Bakal Perpanjang Perjanjian dengan AS Masalah Senjata Nuklir

PERPANJANGAN perjanjian pengurangan senjata strategis baru dengan Rusia akan diperpanjang Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden, untuk lima tahun ke depan.

Kesepakatan yang dikenal dengan sebutan \"New START\" antara Washington dengan Moskow tersebut diketahui akan berakhir pada 5 Februari mendatang.

\"Perpanjangan ini bahkan lebih masuk akal ketika hubungan dengan Rusia bermusuhan seperti saat ini,\" kata Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, diberitakan AA, dilansir dari kantor berita RMOLjabar Jumat (22/1).

Psaki mengatakan, ketika AS bekerja dengan Rusia untuk memajukan kepentingan Amerika, Presiden Joe Biden memberi tugas kepada komunitas intelijen untuk menyelidiki pelanggaran dunia maya SolarWinds, campur tangan Rusia dalam Pemilu 2020, peracunan pemimpin oposisi Rusia Alexey Navalny dan dugaan hadiah untuk pasukan AS di Afghanistan.

Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis pertama (START I) ditandatangani pada 1991 antara AS dan Uni Soviet dan mulai berlaku pada 1994.

Sementara itu, perjanjian New START ditandatangani mantan Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada 2010.

Perjanjian  membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan menjadi 1.550 dan ICBM, SLBM, dan pembom berat yang dikerahkan untuk persenjataan nuklir menjadi 700, serta inspeksi untuk memverifikasi kepatuhan dengan kesepakatan.

Juru bicara Pentagon John Kirby memuji keputusan Biden untuk memperpanjang perjanjian tersebut. Mneurutnya, langkah tersebut memajukan pertahanan negara.

\"Kepatuhan Rusia terhadap perjanjian itu telah membantu kepentingan keamanan nasional kami dengan baik, dan orang Amerika jauh lebih aman dengan New START yang utuh dan diperpanjang. Kami tidak bisa kehilangan alat inspeksi dan pemberitahuan New START,\" kata Kirby dalam sebuah pernyataan.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: