NU Diminta Kembali ke Khittoh

NU Diminta Kembali ke Khittoh

KUNINGAN – Keberpihakan warga Nahdiyin dengan mengatasnamakan NU (Nahdatul Ulama) terhadap salah satu pasangan calon bupati, menuai tanggapan dari warga nahdiyin itu sendiri. Salah satunya mengatakan, NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia maupun di Kuningan. Sudah sewajarnya jika tidak terlibat politik praktis. Hal ini disampaikan salah seorang pengurus NU yang identitasnya enggan disebutkan. Kepada Radar, kemarin (4/8) dirinya hanya ingin mengemukakan pendapatnya yang selama ini mengganjal dalam pikirannya. Kiai satu ini mengakui jika NU merupakan ormas Islam terbesar. “Sebagai ormas Islam terbesar, saya kira NU lebih baik tidak usah ikut politik praktis menjelang pilbup nanti. Fokus saja pada pembinaan keumatan seperti yang digariskan dalam khittoh,” ungkapnya. Diakui oleh dia, tidak semua warga nahdiyin mendukungan pasangan Utama. Apa yang dikemukakannya pun sebetulnya bukan pendapat pribadi, melainkan pendapat sejumlah warga nahdiyin lainnya. Kebetulan dalam kesempatan itu dirinya hanya berkapasitas untuk mewakili suara mereka saja. “Kalaupun ada yang mempunyai pilihan politik, maka hal itu mestinya dilakukan secara individu, tidak mengatasnamakan lembaga NU. Karena kita semua tahu para calon yang mengikuti bursa pemilihan, semuanya warga NU,” ucap dia. Apa yang dikemukakannya itu, lanjut sumber tersebut, bukan bermaksud menggurui. Tapi lebih kepada saran dan masukan agar NU tetap berada pada koridornya sebagai ormas Islam terbesar. Sebab jika hal ini dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan NU bakal terkotak-kotak. “Terus terang sikap politik seseorang itu sangat kami hargai. Namun ketika mengatasnamakan lembaga NU, saya kira itu kurang pas. Kalau gerilyanya secara individu, itu sah-sah saja,” imbuhnya. Terpisah, salah seorang pemerhati sosial politik, Adi Rahmat Hidayat ST mengatakan, NU sebetulnya telah membidani lahirnya sebuah parpol bernama PKB. Hanya saja secara organisasi ormas tersebut tidak berafiliasi kepada parpol tersebut. Banyak di antaranya yang aktif di parpol lain, tidak hanya PKB. “Warga NU bebas memilih parpol apakah itu PKB ataukah partai lain. Nah ketika sudah menjadi anggota parpol, bahkan sampai menjadi caleg segala, maka sudah menjadi fatsoen untuk patuh pada AD/ART parpol tersebut,” kata Adi. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: