Militer Myanmar Berlakukan Jam Malam
JUNTA Myanmar, yang saat ini mengendalikan pemerintahan, memberlakukan jam malam dan melarang pertemuan lebih dari lima orang di Yangon dan Mandalay, dua kota terbesar di negara itu.
Pasalnya, situasi di Myanmar pasca kudeta militer masih belom kondusif. Hal itu ditandai dengan banyaknya aksi turun ke jalan untuk menentang penggulingan pemerintahan Aung San Suu Kyi dalam beberapa hari terakhir.
Dalam detailnya, peraturan baru tersebut akan melarang pertemuan di setidaknya tujuh daerah di Yangon dan Mandalay, dengan lebih banyak kota diharapkan mengeluarkan keputusan serupa, seperti dilaporkan The Guardian, Selasa (9/2).
Selain itu, penduduk juga akan dilarang meninggalkan rumah mereka antara jam 8 malam hingga jam 4 pagi, menurut perintah yang dikeluarkan pada Senin (8/2) malam waktu setempat, yang mana akan tetap berlaku sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Sebagian besar demonstrasi yang terjadi beberapa hari ini berlangsung damai, tetapi di ibu kota Naypyidaw, polisi mengerahkan tembakan singkat meriam air terhadap para pengunjuk rasa, beberapa di antaranya tampak terluka ketika mereka terlempar ke tanah.
Dikutip dari Kantor Berita RMOLJabar, polisi tampaknya berhenti menggunakan meriam air setelah pengunjuk rasa mengajukan banding kepada mereka.
Sementara, para pengunjuk rasa di Yangon mengatakan polisi meminta mereka untuk bubar sekitar pukul 17.30 waktu setempat, dan sebagian besar mematuhinya pada malam hari.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: