Isolasi Keliru, Munculkan Kluster Keluarga

Isolasi Keliru, Munculkan Kluster Keluarga

JAKARTA – Ada sejumlah kesalahan saat orang melakukan isolasi mandiri, justru menyebabkan munculnya kluster keluarga dan transmisi di komunitas. Seiring bertambahnya kasus Covid-19, proporsi orang melakukan isolasi mandiri sekitar 35-40 persen.

\"Ada beberapa kebocoran memang diisolasi mandiri. Sehingga terbentuk kluster keluarga, transmisi di komunitas, pergerakan populasi di tempat-tempat umum sebenarnya menjadi pemicu kasus naik,\" kata Prof Dr Ridwan Amiruddin SKM MKes MSc PH, Epidemiolog Universitas Hasanuddin, baru-baru ini.

BACA JUGA:Satgas Sebut Kluster Keluarga Berisiko 10 Kali

Sesuai prosedur isolasi mandiri adalah memisahkan si sakit. Tujuannya agar tidak menjadi sumber penularan. Selama isolasi mandiri, pasien perlu berada dalam rumah atau ruangan selama 14 hari. Namun harus memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit jika gejala memburuk.

Tetapi pada kenyataannya, pasien masih keliru mengenai hal ini. Salah satunya tidak berdiam di rumah atau ruangan selama 14 hari. Dia tetap berinteraksi sosial secara langsung dengan anggota keluarga lain. Sehingga menjadi sumber penularan bagi keluarganya atau tetangga.

\"Semakin tinggi tingkat pertemuan seperti makan bersama, maka tingkat penularan makin tinggi. Apabila mobilitas penduduk naik satu persen maka kasus Covid-19 bisa naik 8-15 persen,\" tutur Ridwan.

Karena ketidakdisiplinan dalam melakukan isolasi mandiri, maka terbentuk kluster keluarga, tetangga, kantor. Karena itu beberapa provinsi mendorong supaya isolasi mandiri dapat dikontrol oleh RT, RW atau dilaksanakan secara terpusat,\" jelas Ridwan.

Sebelum mengisolasi diri, pasien sebaiknya menghubungi dinas kesehatan. Anggota keluarga segera mengungsikan mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah.

Kemudian, selama isolasi, pasien sebaiknya mengembangkan aktivitas yang memungkinkannya berdiam di ruangan. Seperti membaca atau kegiatan produktif lainnya.

”Dilarang melakukan kegiatan bersama termasuk makan dengan anggota keluarga lainnya, tidak menyentuh wajah. Dia juga harus rutin mencuci tangan menggunakan air dan sabun. Selalu berpikiran positif untuk menjaga imunitas, mengontak nomor kontak layanan psikolog jika merasa perlu berbicara tentang kesehatan mental selama isolasi mandiri,” terangnya.

Hal penting lainnya, harus memeriksakan kondisi status kesehatan setiap pagi. Apakah terjadi perburukan, sesak napas, demam, dan memahami risiko penularan saat berada di luar rumah.

Di sisi lain, ruangan selama isolasi perlu diatur sesuai pedoman, antara lain memiliki ventilasi baik. Jendela dibuka setiap pagi agar sirkulasi udara terjaga. Ruangan ini tidak boleh dimasuki orang lain.

Terkait penggunaan kamar mandi, Ridwan menyarankan pemisahan kamar mandi untuk orang yang melakukan isolasi mandiri. Jika tidak memungkinkan, kamar mandi bisa digunakan bergantian asalkan dibersihkan dengan disinfektan rutin setelah dipakai.

\"Sisi lemah virus penyebab Covid-19, rentan terhadap bahan kimia pembersih kamar mandi. Tetapi, disiplin 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) adalah yang utama. Meski berada dalam rumah, protokol kesehatan wajib diterapkan,\" tandas Ridwan.(rh/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: