GeNose Tak Terkatakan

GeNose Tak Terkatakan

AKHIRNYA GeNose dipakai di tempat-tempat umum. Awalnya di tiga stasiun kereta api: Senen, Jakarta; Gambir, Jakarta; dan Tugu, Jogja.

Lalu ditambah lagi Bandung, Solo Balapan, Semarang Tawang, Cirebon, dan Surabaya Pasar Turi.

“Tiga rumah sakit di Jogja juga sudah menggunakannya,” ujar Dr dr Dian K. Nurputra. Dian adalah dokter yang bersama penemu GeNose, Prof Dr Kuwat Triyono mengembangkan alat pendeteksi baru Covid-19 itu.

Keduanya sama-sama dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Prof Kuwat dari MIPA, Dian dari kedokteran.

Setelah lebih dua minggu dipakai di tempat umum, Dian berkesimpulan bahwa tingkat ketertularan adalah 3 persen.

Artinya, dari semua calon penumpang yang dites, lewat GeNose, tiga persen terdeteksi positif Covid-19. Itu sama dengan standar di mana-mana.

Calon penumpang ternyata lebih suka dites lewat GeNose. “Sampai membeludak,” ujar Dr Dian.

Maka, seperti yang di stasiun Senen, Jakarta, GeNose-nya harus ditambah. Semula lima unit menjadi 10 unit.

Tentu, saya pun, seandainya akan naik kereta, akan pilih dites lewat GeNose. Begitu sederhana. Tinggal meniupkan napas dari mulut ke sebuah kantong plastik.

Lalu udara yang kantong plastik tersebut dimasukkan alat GeNose. Dalam tiga menit hasilnya sudah bisa keluar.

Tapi di stasiun-stasiun tersebut juga disediakan alat tes antigen. Terserah penumpang, pilih yang mana.

Bahkan kalau penumpang mau PCR di klinik atau di RS juga diizinkan. Yang penting ketika datang ke stasiun membawa hasil PCR yang masih valid.

Baca Juga:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: