Tak Masalah Pemimpin Perempuan
KUNINGAN - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Pusat, Prof DR KH Said Aqil Siradj MA meminta para ulama NU untuk tidak mempersoalkan pemimpin perempuan dalam Pemilihan Bupati (Pilbup) Kuningan 2013. Menurut ulama besar kelahiran Cirebon 3 Juli 1953 itu, syarat pemimpin itu ada lima. Yaitu berilmu, adil, sehat jasmani rohani, tidak tamak dan pemberani. “Sudah selesai itu. Mau perempuan mau laki-laki, gak masalah,” jelas KH Said Aqil Siradj, usai memberikan Tausiyah pada Temu Alumni Pondok Pesantren Mursyidul Falah Pimpinan KH Yahya Abdul Malik, Desa Cikubangsari, Kecamatan Kramatmulya, kepada Radar. Terkait mencuatnya sikap beberapa ulama yang menentang pemimpin perempuan karena dianggap haram, KH Siradj tidak memungkiri ada persepsi sebagian kecil ulama berpendapat seperti itu. Namun Ia menegaskan, larangan pemimpin perempuan dalam Alquran tidak ada. Di Al Hadist pun tidak ada. “Di Alquran atau di Al Hadist, pemimpin harus laki-laki itu gak ada. Jadi kalau ada pemimpin perempuan, sah. Seperti Cut Nyak Dhien perempuan, Zakiyudin perempuan. Di Mesir juga ada Raja Saharudin Noor, itupun perempuan. Adil dan baik lagi,” ungkap pria jebolan S3 University of Umm Al Qura jurusan Filsafat Islam tahun 1994 itu. Untuk itu, KH Said kembali memohon kepada para ulama untuk tidak mempersoalkan pemimpin perempuan. “Yang penting berilmu, adil, dan berani, sehat fisik jasmani, rohani, dan tidak tamak,” ulasnya lagi. Sebagai orang asli keturunan Cirebon, Ia tentu sudah menjadikan Kabupaten Kuningan juga sebagai daerahnya. Maka Ia berharap Kuningan mendapatkan pemimpin yang sesuai pilihan nurani rakyat. KH Said terlihat cenderung mendukung sosok Cabup perempuan, Hj Utje Ch Suganda. Sejak awal membuka tausiyahnya, Ia menyampaikan salam hormat kepada Cabup Utje yang hadir di tengah acara dengan menyebut Ibu Bupati Periode 2013-2018 setelah sebelumnya menyebut H Aang Hamid Suganda yang ikut hadir sebagai Bupati Periode 2003-2013. “Terkait Ibu Utje, mudah-mudahan. Hanya saya pesan, siapa pun calon harus gentle. Siap menang siap kalah,” imbuh KH Said, saat ditanya sosok Cabup Utje. Disinggung NU yang berpolitik praktis, KH Said membantahnya. Sebab sebagai Ketua PBNU, Ia tidak merasa akan mencalonkan presiden atau bupati. “Tapi kalau NU dukung-mendukung, boleh-boleh saja,” celetuknya sambil tertawa kecil. KH Said kemudian mengajak masyarakat untuk menjadi insan yang membawa keharmonisan antara satu dengan yang lain. Meski berbeda agama, keyakinan, maupun partai politik. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: