Polisi Tembak Massa Pro-Mursi di Dalam Masjid

Polisi Tembak Massa Pro-Mursi di Dalam Masjid

KAIRO – Bentrokan antara aparat dan massa pendukung mantan Presiden Muhammad Mursi masih berlanjut. Sehari setelah jatuh korban jiwa dalam aksi Hari Kemarahan, pemerintahan interim kembali memerintah militer dan polisi untuk menyerbu masjid yang menjadi basis kubu pro-Mursi, terutama para aktivis Ikhwanul Muslimin, kemarin (17/8). Awalnya, ratusan aparat hanya berjaga di sekitar Masjid Al-Fath di dekat Ramses Square, Kota Kairo. Tetapi, penjagaan itu mendadak berubah menjadi penyerbuan. Pria-pria berseragam tersebut menembakkan gas air mata ke arah kumpulan orang di dalam masjid. Tidak lama kemudian, mereka pun masuk ke dalam masjid yang sejak Jumat lalu (16/8) berubah fungsi menjadi rumah sakit darurat itu. ’’Mereka (aparat) melepaskan tembakan dan berusaha menangkap ratusan orang di dalam masjid,’’ terang Shaimaa Awad, jurnalis setempat. Kemarin beberapa stasiun televisi Mesir juga menayangkan gambar penyerbuan. Dalam tayangan-tayangan itu, pasukan keamanan memaksa massa pro-Mursi untuk menyerahkan diri. Menurut kabar, kemarin aparat berhasil menahan sekitar 1.000 orang pendukung Mursi dari seluruh penjuru Mesir. Sebab, bentrokan antara aparat dan kubu Ikhwanul Muslimin yang menentang keras kudeta 3 Juli lalu tidak hanya pecah di ibu kota. Selain berhadapan dengan massa Ikhwanul Muslimin, aparat harus menghadapi amarah penduduk lokal yang tidak diizinkan masuk masjid. Dalam keterangan terpisah, Kantor Berita MENA menyebutkan bahwa penyerbuan Masjid Al-Fath itu bukan tanpa sebab. Salah seorang pejabat pemerintah interim menyatakan hanya merespons aksi provokatif massa pro-Mursi. ’’Kami mendengar tembakan dari menara masjid. Beberapa militan menembaki pasukan keamanan. Aparat lantas membalas,’’ lapor MENA. Rabu lalu (14/8) aparat membersihkan massa pro-Mursi dari dua kubu pertahanan mereka di ibu kota. Yakni, Masjid Rabi’ah al-Adawiyah dan kampus utama Cairo University. Aksi pembubaran demonstran yang mendapat perlawanan tersebut telah mengakibatkan lebih dari 500 orang tewas. Namun, kabinet Mesir membela aksi itu. Mereka menyebutnya aksi pemberantasan teroris. (AP/AFP/RTR/hep/c14/tia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: