Kemurnian 99,5 Persen Pabrik Bioetanol Gempolkrep di Mojokerto

Kemurnian 99,5 Persen Pabrik Bioetanol Gempolkrep di Mojokerto

MOJOKERTO - Pabrik bioetanol yang dibangun PT Perkebunan Nusantara X (Persero) di Desa Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur diresmikan pengoperasiannya, kemarin siang. Pabrik yang memiliki kapasitas produksi hingga 30 juta liter per tahun tersebut bukan untuk campuran minuman. Melainkan untuk bakar bakar minyak (BBM). Peresmian pabrik yang digelar di halaman pabrik kemarin, dihadiri Menteri BUMN Dahlan Iskan, Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dan Presiden NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) Jepang Kenji Kurata. Perusahaan ini merupakan hasil kerja sama antara NEDO dengan Kementerian Perindustrian. NEDO memberikan hibah melalui Kementerian Perindustrian, yang selanjutnya dikerjasamakan dengan PTPN X. Dahlan Iskan mengatakan, pabrik bioetanol yang dibangun di atas lahan 6,5 hektare tersebut merupakan pabrik bioetanol pertama yang dimiliki BUMN. Pasalnya, pabrik ini hanya akan menghasilkan bioetanol bukan untuk campuran minuman, tetapi untuk BBM. \"Di Mojokerto pertama ada dan sekarang sudah dibubarkan karena bangkrut. Tapi itu untuk campuran minuman. Kalau yang ini, hanya untuk energi,\" tandasnya di sela-sela peninjauan ke lokasi pabrik. Terkait dengan kualitas, kata Dahlan, bioetanol standar Jepang mencapai kemurnian hingga 99,5 persen atau produk etanolnya sangat ramah lingkungan. Untuk memproduksi dengan hasil maksimal itu, selama enam bulan ke depan, sejumlah tenaga teknis akan didatangkan langsung dari Jepang. \"Sebelumnya, kita belum bisa memrpoduksi bioetanol dengan kualitas seperti yang diproduksi di pabrik ini. Sebelumnya kita selalu impor,\" ujarnya. Tenaga asal Jepang diminta melakukan supervisi dan melakukan pemantauan hingga hasil bioetanol sesuai dengan ketentuan. \"Sampai bisa. Tidak ada kontrak sampai kapan,\" tambah Dahlan. Jika sukses, dalam enam bulan ke depan, dirinya akan memikirkan apakah bakal melanjutkan pengembangan atau tidak. Sementara itu, terkait dengan pemasaran, Dahlan memastikan bakal lancar. Pertamina diwajibkan membeli hasil produksi pabrik tersebut. \"Pertamina wajib membeli. Tak ada negosiasi. Tak ada merayu, ini mandatory,\" pungkasnya. Terpisah, Dirut PTPN X Subiono mengatakan total investasi pembangunan pabrik bioetanol mencapai Rp461,21 miliar dengan skema pendanaan terdiri dari hibah NEDO Jepang Rp150 miliar dan dana PTPN X sebesar Rp311,21 miliar. Menurut Subiono, pabrik bioetanol itu memiliki makna strategis bagi industri gula nasional, karena bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi produk turunan tebu. \"Dengan demikian, industri gula tidak hanya mengandalkan komoditas gula semata yang harganya sering bergerak tidak menentu,\" pungkasnya. Subiono juga menyebutkan bahwa pihaknya akan melihat kemampuan pabrik tersebut enam bulan ke depan. Kalau enam bulan ke depan menunjukkan prospek yang bagus, bukan tidak mungkin pihaknya akan merealisasi penambahan pabrik bioetanol seperti yang disampaikan Mneteri BUMN. \"Tapi kami sangat hati-hati melangkah. Kalau memang dipandang sesuai dan prospektif, maka kami akan meneruskan langkah selanjutnya,\" tuturnya. (ron/nk) Dahlan Penuhi Janji SEMETARA itu Menteri BUMN Dahlan Iskan menepati janjinya terkait proses perampungan pabrik bioetanol di Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Kemarin, dia harus memberi hadiah Rp10 juta ke Dirut PT Barata Indonesia Lalak Indiyono. Proses pemberian hadiah uang tunai itu berlangsung saat peresmian pabrik bioetanol Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto kemarin siang. Usai menekan tombol peresmian, Dahlan langsung kembali ke podium dan mengaku salah memprediksi. \"Saya yakin pembangunan ini sudah selesai sebelum 17 Agustus,\" tandasnya sembari tersenyum. Beberapa bulan lalu, Dahlan sangat tak yakin jika pembangunan pabrik bisa diselesaikan pada Agustus ini. Pasalnya, masih banyak titik pembangunan yang belum diselesaikan. \"Uang Rp10 juta ini saya bawa langsung dari Jakarta dan saya serahkan ke Pak Lalak (Dirut PT Barata Indonesia, red) selaku kontraktor pembangunan pabrik,\" tandasnya sembari membuka amplop lalu membukanya tersebut. Awalnya, Dahlan mengaku tak yakin dengan janji yang dilontarkan kontraktor. Pasalnya, saat sidak ke area pembangunan, proyek masih jauh dari kata sempurna. Bahkan, Dahlan beberapa kali menendang-nendang kecil kaki Dirut PT Barata Indonesia karena tampak kecewa dengan lambannya pembangunan. Ketika rampung, Menteri BUMN ini pun mengaku kagum dengan kesempurnaan dan kecepatan dalam pembangunan proyek. Dia pun menyatakan kemampuan PT Barata Indonesia menyelesaikan pekerjaannya sebelum tanggal 17 Agustus 2013 itu merupakan bentuk tingginya komitmen perusahaan terhadap kewajibannya. \"Memang harus begitu. Harus punya komitmen yang tinggi. Semua perusahaan di bawah BUMN harus punya komitmen tinggi menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu,\" tandasnya. Kemampuan PT Barata Indonesia menyelesaikan pekerjaannya juga mendapat pujian dari Presiden NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) Jepang, Kenji Kurata. \"Excelent,\" katanya. \"Dua bulan lalu kami melihat masih belum seperti ini. Sekarang sudah jadi dan siap beroperasi,\" tambahnya. Sementara Dirut PT Barata Indonesia, Ir Lala, menyebutkan bahwa pihaknya berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan proyek tersebut sesuai target agar bisa segera beroperasi. Itu juga merupakan salah satu komitmennya. (ron/nk)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: