Tentara Etnik Serang Polisi

Tentara Etnik Serang Polisi

YANGON - Aliansi tentara etnik di Myanmar yang menentang penindasan junta terhadap demonstran anti-kudeta menyerang kantor polisi di wilayah timur pada Sabtu dan menewaskan sedikitnya 10 anggota.

Kantor polisi Naungmon di Negara Bagian Shan diserang pada Sabtu pagi oleh para petempur aliansi tersebut, yang mencakup Tentara Arakan, Tentara Pembebasan Nasional Ta\'ang dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar, seperti dilansir media. Kantor Berita Shan News melaporkan setidaknya 10 polisi tewas, sementara media Shwe Phee Myay menyebutkan bahwa korban tewas berjumlah 14 orang.

Juru bicara junta Myanmar tidak menelepon balik untuk dimintai komentar.

Lebih dari 600 orang tewas di tangan militer Myanmar dalam penindasan terhadap demonstran yang menentang kudeta 1 Februari, menurut kelompok pemantau. Saat kekerasan semakin brutal, belasan kelompok bersenjata mengecam junta tidak sah dan berjanji akan mendukung para demonstran.

Anggota parlemen sipil, yang mayoritas bersembunyi usai dilengserkan, mengumumkan rencana untuk membentuk \"pemerintahan bersatu nasional\" - dengan para pemimpin etnis mengemban peran utama - dan menggelar pembicaraan daring mengenai perlawanan bersama melawan junta militer.

Sementara sejumlah kalangan di Asia Tenggara pada Kamis (8/4) menyatakan masyarakat ASEAN meyakinkan rakyat Myanmar bahwa mereka tidak sendiri dalam perjuangan untuk mendapatkan kembali hak untuk hidup dalam demokrasi damai.

Pernyataan itu merupakan salah satu isi deklarasi bersama yang ditandatangani oleh 225 peserta yang hadir pada acara diskusi virtual bertajuk Southeast Asian People-to-People Region Hall on the Political Crisis in Myanmar. Para peserta terdiri dari perwakilan masyarakat sipil, seperti LSM, organisasi masyarakat, individu, dan organisasi pemuda dari negara-negara Asia Tenggara.

Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal serta pemenang Nobel Perdamaian serta Presiden Timor Leste periode 2007-2012, Jose Ramos Horta, menyelenggarakan diskusi virtual \"Southeast Asian People-to-People Region Hall on the Political Crisis in Myanmar\" untuk menanggapi situasi di Myanmar yang semakin memburuk pascakudeta militer pada awal Februari.

Deklarasi \"Joint Declaration of the Southeast Asian People-to-People Region Hall on the Crisis in Myanmar\" itu berisi terdiri dari 27 poin. Dino mengatakan deklarasi tersebut akan dikomunikasikan kepada para aktor politik di Myanmar, sepuluh Negara Anggota ASEAN dan Timor Leste, Sekretaris Jenderal ASEAN, PBB, dan komunitas internasional.

\"Deklarasi bersama tersebut diharapkan dapat memberikan dampak moral dan insentif politik untuk membantu masyarakat Myanmar, terutama menjelang pertemuan ASEAN mengenai isu Myanmar yang akan diadakan di Jakarta,\" kata Dino.(ant/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: