Prancis Minta Warganya Pulang dari Pakistan
PARIS-Pemerintah Prancis khawatir pada warganya yang tinggal di Pakistan. Mereka diminta segera pulang. Penyebabnya adalah meningkatnya aksi demo di negara yang dipimpin Perdana Menteri Imran Khan itu. Fasilitas milik Prancis di negara tersebut menjadi sasaran.
”Demo meningkat di seluruh negeri. Karena hal itu dan ancaman serius terhadap kepentingan Prancis di Pakistan, warga negara Prancis disarankan untuk meninggalkan negara tersebut sementara melalui maskapai penerbangan komersial yang ada,” bunyi pengumuman di website milik Kedutaan Besar Prancis di Pakistan seperti dikutip BBC.
Rentetan masalah itu bermula Oktober lalu. Ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mendukung kebebasan berekspresi. Dukungan itu diberikan setelah seorang guru dipenggal sesudah menunjukkan kartun Nabi Muhammad dalam diskusi kelas. Gara-gara hal tersebut, banyak negara muslim yang murka dan menyerukan boikot produk-produk Prancis. Pakistan salah satunya.
Aksi massa meningkat pekan ini setelah pemerintah Pakistan menangkap Saad Hussain Rizvi. Dia adalah pemimpin partai politik garis keras Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP). Rizvi sebelumnya menyerukan agar duta besar Prancis didepak dari negara tersebut.
Pemerintah Pakistan tidak hanya menangkap Rizvi, tapi juga melarang TLP. Hal itu membuat para pendukungnya di penjuru negeri berang dan turun ke jalan. Pekan ini dua polisi tewas setelah bentrok dengan massa. Water cannon, peluru karet, dan gas air mata tidak mampu memukul mundur massa. Sebanyak 200 demonstran dilaporkan ditahan.
Karena situasi memburuk, Jumat (16/4) Kementerian Dalam Negeri meminta kepada Otoritas Telekomunikasi Pakistan (PTA) untuk memblokir Twitter, Facebook, WhasApp, YouTube, dan Telegram. Partai politik biasanya menggunakan media sosial untuk menggalang massa. Pengumuman biasanya muncul menjelang salat Jumat. Tulisan tangan Saad Rizvi yang tersebar menyatakan agar pendukungnya tidak turun ke jalan.
Pemblokiran itu berdampak pada para pengguna lainnya. Dokter Eqtedar Ahmad salah satunya. Pekerjaan medisnya sempat kacau gara-gara pemblokiran. ”Kami menggunakan WhatsApp untuk pekerjaan kami, termasuk mengirimkan laporan laboratorium ke pasien,” tegasnya. Hal senada dialami pengusaha restoran dan layanan kurir makanan. Order mereka langsung sepi lantaran kena blokir. (jawapos)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: