Sutisna Masih Ragu Jadi Sekwan

Sutisna Masih Ragu Jadi Sekwan

KEJAKSAN- Sutisna yang kini menjabat Plt Sekwan (pelaksana tugas sekretaris DPRD), rupanya masih ragu bakal ditetapkan menjadi sekwan definitif. Hingga kemarin dia belum menjalani assessment di provinsi sebagai syarat untuk bisa duduk di eselon II. Sutisna yang disebut-sebut sebagai kandidat terkuat sekwan, hanya bisa pasrah. Ditemui di ruang kerjanya, kemarin (22/8), Sutisna mengaku tidak tahu menahu tentang kabar dirinya yang akan mendapatkan promosi sebagai kandidat sekwan. Termasuk namanya yang kabarnya sudah dikirimkan ke gubernur, lagi-lagi Sutisna mengaku tidak tahu. Bagi dia, itu semua (urusan mutasi) kewenangan wali kota dan baperjakat. Untuk urusan assessment, dia mengakui tahun ini belum melakukannya. Dia memang belum mendapat undangan untuk mengikuti assessment. Namun demikian, pria kelahiran Sumedang ini mengaku pernah mengikuti assessment sekitar tahun 2011 untuk mengisi posisi sekwan. Saat itu yang terpilih menjadi sekwan adalah Sutiyono Suwondo (sekarang pensiun). Dirinya tidak tahu apakah harus mengikuti assessment ulang atau cukup dengan assessment tahun 2011. “Dulu saat Pak Yon (Sutiyono Suwondo, red) saya pernah ikut proses assessment. Kalau sekarang saya kurang tahu,” kata Sutisna lagi. POSISI SEKDA Secara terpisah, pengurus DPD Partai Golkar Kota Cirebon, Agung Supirno SH menjelaskan dari sekian opini publik yang berkembang, masyarakat berharap wali kota dan wakil wali kota dapat menentukan sekda baru yang kompeten. Penggantian sekda, kata Agung, bukan sekadar ganti baju. “Jabatan sekda ke depan mestilah cerdas, tanggap, energik, serta komunikatif. Ini agar sekda mampu dengan cepat menerjemahkan visi RAMAH Ano-Azis dengan perubahan sebagai misinya,” kata Agung kepada Radar. Figur sekda ke depan, kata Agung, tidak harus terpaku kepada pejabat senior. Dia menginginkan wali kota dan wakil wali kota memperhatikan jenjang pendidikan dan legal administrasi lainnya. “Sebagai contoh Ketua KPK Abraham Samad. Meski pun tidak senior di kalangan dunia hukum, tapi gagasan dan cara pandangnya mampu membuat gebrakan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Ini bisa dicontoh. Penentuan sekda harus obyektif dan tidak melihat kelas,” usul Agung Supirno. Sedangkan loyalis Nasrudin Azis, Umar Stanis Clau, menegaskan, jabatan sekda sudah final akan ditempati oleh Asep Dedi yang saat ini menjabat sebagai asisten administrasi. Kalaupun muncul nama Wahyo dan Arman Surahman, dia mengatakan itu tidak lebih hanya untuk meramaikan bursa calon sekda. Baik Wahyo dan Arman, sambung Umar, saat ini hanya akan menyelesaikan masa perpanjangan jabatan eselon II hingga selesai tahun depan. “Sudah final, sekda akan dijabat Asep Dedi,” kata Umar. Sementara Ketua Komisi B DPRD H Ahmad Azrul Zuniarto SSi Apt mengatakan wali kota menginginkan Wahyo sebagai sekda, karena kontribusi Wahyo pada pemenangan pilwalkot sangat besar. Selain itu, Wahyo dianggap lebih kooperatif. Karenanya, dirinya ragu jika Asep Dedi akan dipilih wali kota menjadi sekda. “Saya kok ragu wali kota memilih Asep Dedi. Pak Wahyo kan punya kontribusi besar menyukseskan Pak Ano,” tandasnya. Azrul menjelaskan, wali kota membutuhkan sekda yang memiliki mobilitas tinggi dan lincah serta mengakar dan diterima kalangan birokrat. Dan Wahyo termasuk yang memiliki kriteria itu. Azrul menilai, Asep Dedi kurang mengakar di birokrat, sedangkan Arman cenderung pasrah dan tidak terlalu berambisi. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: