Malaysia : Situasi di Myanmar Sangat Serius

Malaysia : Situasi di Myanmar Sangat Serius

KUALA LUMPUR– Malaysia melontarkan keprihatinan dan seruan keras atas kekerasan dan kerusuhan yang terjadi dalam krisis Myanmar. Pernyataan itu disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia Yab Tan Sri Muhyiddin Yassin dalam pertemuan para pemimpin ASEAN (ALM) di Jakarta, Sabtu (24/4).

Malaysia menyebut situasi di Myanmar sangat serius. Padahal selama ini, kata dia, Myanmar merupakan mitra baik Malaysia.

“Situasi menyedihkan di Myanmar harus segera dihentikan. Malaysia percaya pembunuhan dan kekerasan harus diakhiri. Semua pihak harus segera menahan diri dari setiap provokasi dan tindakan yang akan dilakukan melanggengkan kekerasan dan kerusuhan,” tegas PM Muhyiddin dalam keterangan resminya.

Dirinya menyadari memang benar sebagai Negara Anggota ASEAN menjunjung tinggi prinsip non-campur tangan dalam urusan internal Negara Anggota ASEAN lainnya, sebagaimana yang tertuang dalam Piagam ASEAN. Namun situasi di sana disebutnya sudah serius.

“Namun, bukan berarti kita harus mengabaikan situasi serius yang membahayakan perdamaian, keamanan, dan stabilitas ASEAN dan kawasan yang lebih luas,” tegasnya.

“Prinsip non-interferensi ini bukan untuk kita bersembunyi di balik masalah, itu tidak bisa menjadi alasan kelambanan kita. Krisis yang terjadi di satu negara Anggota ASEAN tidak akan selesai dengan sendirinya tanpa mempengaruhi negara anggota lainnya,” tambahnya.

Dalam konteks inilah, kata dia, Malaysia sangat prihatin tentang situasi yang telah berlangsung di Myanmar dalam beberapa bulan terakhir. PM Muhyiddin menilai banyak orang di dunia menginginkan penjelasan, dan Malaysia merasa semakin sulit untuk menjelaskannya.

“Komunitas internasional mengharapkan ASEAN untuk bertindak dan menangani apa yang terjadi di halaman belakang kita sendiri,” katanya.

Menurutnya ada harapan yang luar biasa dari komunitas internasional tentang bagaimana ASEAN menangani masalah Myanmar. Selain segera menghentikan kekerasan, ia menyerukan dialog politik yang bermakna dan inklusif yang hanya dapat terjadi dengan pembebasan tahanan politik yang cepat dan tanpa syarat.

“Ini akan menjadi titik awal yang baik dan meredakan tekanan internasional terhadap Myanmar dan ASEAN.
Jika ASEAN adalah mekanisme untuk membantu Myanmar kembali normal, langkah maju yang harus diambil adalah memberikan akses kepada Ketua ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN ke Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait,” kata PM Muhyiddin.

Kemudian, jika situasi di Myanmar membaik, lanjutnya, ini akan membuka pintu bagi ASEAN untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang kurang beruntung dipengaruhi oleh situasi saat ini. PM Muhyiddin khawatir apa yang terjadi di Myanmar akan berdampak pada Malaysia.

“Kami khawatir memburuknya situasi di Myanmar akan memperburuk efek limpahan ke wilayah termasuk Malaysia. Malaysia sangat terpengaruh oleh ketidakstabilan di Myanmar, bukan hanya baru-baru ini, tetapi selama beberapa dekade terakhir. Kami saat ini rumah sekitar 200 ribu pengungsi dari Myanmar, khususnya dari Negara Bagian Rakhine. Sumber daya dan kapasitas kami terbentang di pengelolaan pengungsi dan pencari suaka, semakin diperparah oleh pandemi Covid-19,” tegasnya.

“Di Malaysia, mereka pernah mendapat simpati, tapi mood di lapangan telah berubah dari afinitas menjadi kemarahan, dengan sentimen anti-pengungsi dengan cepat. Selanjutnya, perpindahan yang lama akan membuat mereka rentan menjadi korban perdagangan manusia dan perekrut teroris,” tambahnya.

Malaysia mendesak pemulangan yang bermartabat dari para pengungsi ke Myanmar, dan agar semua Negara Anggota ASEAN memiliki tanggung jawab kolektif dalam menangani para pengungsi di kawasan ini. Dengan kembali ke keadaan normal, Malaysia ingin melihat kelanjutan dari mekanisme repatriasi yang telah disepakati dicapai antara Bangladesh dan Myanmar. (jawapos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: