Berharap Kubah Lava Tak Runtuh

Berharap Kubah Lava Tak Runtuh

JAKARTA - Letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah diperkirakan masih terus mengancam ribuan warga yang tinggal di lereng gunung tersebut. Indikasinya, adalah aktivitas seismik Merapi yang masih fluktuatif pasca dua kali erupsi yang terjadi kemarin sore. Agar dampak letusan tidak lebih parah, pemerintah hanya bisa berharap agar lava dari dalam perut terus dimuntahkan secara teratur dan gempa terjadi secara rutin di sekitar gunung. “Hal demikian itu akan mengurangi risiko letusan yang eksplosif dalam skala yang lebih besar,” ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Surono ketika dihubungi dari Jakarta kemarin (26/12). Potensi lain bahaya Merapi bisa muncul dari sisa material letusan gunung tersebut yang terkumpul pada ledakan 1911, 1997 dan 2006. Diperkirakan masih ada 7,5 juta meter kubik materi yang tertimbun di puncak merapi yang berbentuk kubah lava. Pemerintah mengestimasi, jika kubah lava 1911 runtuh maka bahayanya tidak kalah drastis dengan letusan. Runtuhnya material 1911 akan memancing kubah lava lain ikut runtuh. Karena itu, Surono berharap nasib kubah lama tersebut akan seperti lava yang kini terus keluar dari perut bumi, berguguran secara bergelombang dalam jumlah material yang tidak terlalu banyak. “Jika kubah roboh, letusan eksplosif terjadi, mengingatkan peristiwa 1930 yang menelan korban 1.359 jiwa,” terang dia. Gunung Merapi meletus tepatnya pukul 17.02 WIB, Selasa kemarin. Semburan awan panas mencapai ketinggian 1,5 kilometer. Hingga tadi malam, warga di sekitar lereng Merapi sedang dievakuasi untuk menghindari hujan abu yang panas. Secara terpisah, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo menambahkan, erupsi terjadi dua kali, yakni pukul 17.02 WIB dan 17.23 WIB. Gunung Merapi baru memasuki tahap awal erupsi dengan mengeluarkan sedikitnya tiga kali letusan sekitar pukul 18.00 WIB. Hujan abu juga telah melebihi batas aman bencana, yakni 10 kilometer. “Bahkan, masyarakat yang berada lebih dari 20 kilometer hingga kini juga mengalami hujan abu,” kata dia. Subandriyo mengatakan, sebelum meletus, Gunung Merapi telah mengeluarkan awan panas mulai pukul 17.02 WIB. Awan yang disertai hawa panas itu  keluar pertama kali sejak ditingkatkannya status Merapi menjadi awas. Akibatnya, lebih dari 13 ribu warga yang berasal dari tiga kecamatan Sleman diungsikan ke lokasi aman Indikasi awal erupsi sudah diprediksi karena berdasarkan informasi yang dirangkum selama tiga hari sebelumnya menunjukkan data kegempaan cenderung meningkat. Tercatat pada 23 Oktober 2010 terjadi 80 kali gempa vulkanik, 525 MP, 1 kali LF, dan 183 guguran. Pada 24 Oktober 2010 tercatat 80 kali terjadi gempa vulkanik, 588 MP, 3 LF dan 194 guguran. Pada 25 Oktober 2010 hingga pukul 24:00 WIB tercatat terjadi peningkatan gempa vulkanik menjadi 222 kali, 624 MP, 0 LF dan 454 kali guguran. Kini, Subandriyo mengingatkan agar masyarakat menghentikan semua aktivitas di sekitar alur sungai. Antara lain, Kali Bebeng, Kali Krasak, dan Kali Bedog, Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Gendol, dan Kali Woro. (zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: