Bos Elf Bayem Curhat Imbas Larangan Mudik

Bos Elf Bayem Curhat Imbas Larangan Mudik

KUNINGAN – Bos Bayem Tour and Travel yang juga pengusaha angkutan elf, H Udin Kusnedi SE MSi mengungkapkan kondisi sulit usaha angkutan. Owner sejumlah perusahaan itu menyebut, ini tidak lepas dari kebijakan larangan mudik.

“Ada larangan mudik ini, pengusha angkutan menjerit karena tidak bisa mengoperasikan kendaraannya,” ujar Udin, kepada Radar Kuningan.

Para pengemudi, juga terpaksa harus gigit jari lantaran tidak bisa meraup penghasilan dari para pemudik. Terlebih nasib serupa juga dialami pada musim lebaran tahun sebelumnya, lantaran adanya pandemi covid-19.

“Kami sangat merasa prihatin atas situasi yang terjadi akibat Covid-19. Memang kita tidak bisa berbicara banyak, karena pemerintah telah mengeluarkan ketentuan yang sudah berlaku, yaitu larangan mudik,” kata Udin, di RM Dapoer Bayem, Jalan Raya Maniskidul Kecamatan Jalaksana, Kamis (6/5).

Ia memastikan, hal serupa juga dirasakan bukan hanya oleh dirinya, melainkan juga oleh seluruh pengusaha angkutan, karena dampak dari larangan mudik tersebut sangat luar biasa.

“Terutama kendaraan jelas tidak bisa jalan. Karyawan juga pasti diliburkan. Sementara hari ini kebutuhan mereka (karyawan, red) dalam menghadapi masa menjelang lebaran, ini sangat tinggi,” ujarnya.

Untuk Bayem Tour and Travel sendiri, kata Jiud, sapaan akrabnya, mobil yang dikandangkan ada sekitar 30 unit, karena tidak bisa jalan.

Meski merasa bingung, pihaknya terpaksa harus mengandangkan kendaraan angkutan tersebut karena situasi.

“Seharusnya menjelang lebaran seperti ini, mereka (karyawan, red) bisa mendapatkan rezeki yang lebih. Karena banyak sekali pemudik yang dari luar kota itu datang ke Kuningan,” ungkap Jiud.

“Sebagaimana kita tahu bahwa Kabupaten Kuningan ini hampir kalau tidak salah ada 90 ribu warga perantau yang mencari nafkah di luar Kabupaten Kuningan,” imbuhnya.

Akibat dari situasi ini pula, lanjut Jiud, ia melihat banyak imbas terhadap ekonomi di Kabupaten Kuningan. Ia mengungkapkan, dulu perantau membawa uang dari luar Kuningan, namun sekarang ini jelas sangat berkurang.

“Di sisi lain mereka (perantau, red) tidak berusaha, di sisi lainnya juga mereka tidak pulang ke Kuningan. Ini artinya jelas situasi roda perekonomian, dalam hal ini perputaran keuangan di Kuningan akan sedikit terganggu,” ungkapnya.

Menurut Jiud, sudah dua tahun ini sejak ada Covid-19, perusahaannya betul-betul mengalami masa-sama sulit. Ia kembali mengatakan sangat yakin hal serupa dirasakan para pengusaha angkutan yang lain.

Jiud berharap situasi ini segera berlalu, sehingga perekonomian di Indonesia segera tertata kembali. Pastinya, kata Jiud, masyarakat akan kembali bergairah dalam menjalani kehidupan di semua sektor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: