Dewan Pakar Lesbumi yang Membumi
INNA lillahi wainna ilaihi rojiun, masyarakat di wilayah III Cirebon bagai tersambar petir dengan kabar meninggalnya seorang ahli sejarah dan naskah-naskah kuno Opan Safari Hasyim atau akrab dipanggil Pak Opan, memiliki nama lengkap R. Achmad Opan Safari Hasyim dan masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Keraton Cirebon.
Di saat masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Cirebon riuh bertahniah Hari Raya Idul Fitri dan tengah sibuk melakukan tradisi serta bersilaturahmi, pagi sekitar pukul 09.30 WIB kabar duka begitu cepat menjalar ke hampir seluruh orang yang mengenal beliau terutama pengurus PC Lesbumi Kabupaten Cirebon.
Jauh sebelum kabar duka tersiar, diketahui pak Opan dari tanggal 3 Mei 2021 mengalami kritis dan menjalani perawatan di RS Pertamina lantaran terjatuh di kamar mandi.
Selama menjalani perawatan di RS Pertamina Cirebon hingga akhir hayatnya, pak Opan seperti mengkhususkan diri masuk ke “kholwat” di mana ruang ini termasuk wilayah paling private milik seseorang. Hubungannya menjadi tak terdeteksi selain romantisme antara Hamba dan Tuhannya.
Sehingga hampir tidak ada yang sempat menjembatani interaksi visual maupun verbal (termasuk istri Almarhum) antara pak Opan dan makhluk lainnya. Secara dlohiriah, Pak Opan barangkali tengah tak berdaya di sebuah ruangan Rumah Sakit.
Di wilayah batiniah, sesungguhnya pak Opan justru khusyuk menjalani proses “nrimo ing pandum”. Hanya mata telanjang kita yang hidup melihat situasi ini sebagai fase ujian atau cobaan hidup seseorang.
Berdekatan waktu dengan mangkatnya pak Opan, Pengurus Besar Lesbumi kehilangan sosok berpengaruh secara Nasional maupun Internasional, sekaligus orang tua yang diamanahi memangku sebagai Ketua sebuah lembaga Seni dan Budaya di Jamiyah Nahdlatul Ulama, Almarhum KH. Ng. Agus Sunyoto.
Belum tuntas jua rasa kehilangan itu, Pengurus Cabang Lesbumi Kabupaten Cirebon menyusul “ditinggal” orang tua lainnya juga (selain Kyai Nemi Mu’tasim Billah, pak Opan juga terdata sebagai Dewan Pakar PC. Lesbumi Kabupaten Cirebon).
Tentu saja campur-aduk kesedihan semakin memporak-poranda ruang batin kami sebagai anak-anak dari pak Opan di PC Lesbumi Kabupaten Cirebon. Ditambah, kepergian pak Opan bertepatan pada 1 Syawal 1442 H, di mana hampir seluruh makhluk bumi yang beragama Islam tengah bersuka-cita dengan seremonial kemenangan. Setelah satu bulan penuh bertempur habis-habisan di medan pertempuran yang unik bin ajaib, hanya Tuhan dan hambanya yang mengetahui dinamika peperangan ini.
Jika selama perjalanan Ramadhan tahun ini diilustrasikan sebagai pendakian ke sebuah bukit tinggi nan terjal, pak Opan adalah orang yang berhasil sampai di puncak bukitnya. Sedangkan yang lain masih tertinggal bahkan banyak yang masih tertatih-tatih mencari arah jalan. Dari puncak bukit, pak Opan mengekspresikan kebahagiaannya tanpa terbersit sedikit pun rasa mengalahkan yang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: