Stunting di Kota Cirebon Harus Ditekan

Stunting di Kota Cirebon Harus Ditekan

CIREBON - Permasalahan stunting tidak selalu menyasar masyarakat ekonomi lemah. Tapi, di masyarakat perkotaan yang ekonominya maju, juga bisa terkena stunting. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Cirebon, Suwarso Budi Winarno mengatakan, stunting lebih pada intervensi gizi. Seperti pemberian ASI secara eksklusif.

Untuk itu, setiap keluarga, kata Budi,  harus memperhatikan dan mengoptimalkan 1.000 hari pertama kehidupan. Selama kurun waktu tersebut, intervensi gizi penting dilakukan agar pertumbuhan anak bisa optimal. “1.000 hari pertama bayi, itu merupakan masa terbentuknya otak,” ujar Budi. Dengan memberikan intervensi gizi di 1.000 hari kehidupan, akan menciptakan generasi unggul dan berkualitas.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, Drs H Agus Mulyadi mengatakan, angka stunting atau gagal tumbuh anak akibat kekurangan gizi, di bawah rata-rata nasional. Namun demikian, kata Agus, sejumlah kelurahan tetap harus diintervensi gizi karena angka stunting berada di atas rata-rata Kota Cirebon.

Gus Mul –sapaan akrabnya- membeberkan, angka stunting untuk Kota Cirebon hingga Agustus 2020 sebesar 13,6 persen dari jumlah balita di Kota Cirebon. Sedangkan untuk angka stunting secara nasional, berdasarkan pencatatan 2019, mencapai 27,76 persen.

Sejumlah kelurahan tercatat memiliki angka balita stunting di bawah satu digit. Yaitu Kelurahan Drajat, Harjamukti, Pekiringan, Sunyaragi, Kesenden dan Kesambi. Tapi, ada juga kelurahan yang angka balita stunting-nya di atas rata-rata Kota Cirebon. Di antaranya tersebar di Kelurahan Karyamulya, Sukapura, Kebon Baru, Panjunan, Kasepuhan, Kejaksan, Pegambiran, Argasunya, Lemahwungkuk, Pekalipan, dan Kecapi.

Untuk kelurahan yang angka balita stunting-nya masih di atas rata-rata, menurut Gus Mul,  akan dilakukan intervensi. Targetnya dapat menurunkan angka balita yang menderita stunting. (abd/adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: