Cari Kedelai Hingga Myanmar-Brazil, 2 Minggu Ini Masuk 120 Ribu Ton

Cari Kedelai Hingga Myanmar-Brazil, 2 Minggu Ini Masuk 120 Ribu Ton

JAKARTA– Perum Bulog berupaya keras mencari pasokan kedelai dari beberapa negara agar bisa segera mendatangkan bahan baku pembuatan tahu dan tempe itu ke Indonesia. Tetapi hingga kini belum membuahkan hasil. Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, kontak bisnis tidak hanya dilakukan dengan produsen dari Amerika Serikat sebagai pemasok terbesar kedelai ke Indonesia selama ini. Bulog juga melakukan pencarian ke negara-negara lain seperti Brazil, India dan Myanmar. “Sejak mendapatkan izin impor, kita menjalin kontak dengan para produsen kedelai. Utamanya mencari produsen yang merangkap eksportir, supaya lebih murah,” kata Sutarto di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, kemarin (4/9). Seperti diketahui, Bulog telah mendapat izin impor 20 ribu ton kedelai dan ditambah 40 ribu ton lagi. Sebenarnya, lanjut Sutarto, mendatangkan kedelai dari Amerika Serikat (AS) itu lebih cepat daripada dari Brazil. Tetapi, karena di AS belum menemukan stok, kontak pun dijalin dengan produsen dari Brazil. Bulog juga membuka kemungkinan membeli kedelai dari India. Karena negeri itu juga mulai serius memproduksi kedelai. Tetapi, menurut Sutarto, kedelai yang diproduksi di India itu harus dicek dulu, apakah cocok jenisnya dengan yang diinginkan produsen tahu-tempe di tanah air. “Kalau tidak cocok, ya kita tidak akan beli. Karena kedelai yang diimpor oleh Bulog untuk memasok kebutuhan para perajin tahu dan tempe,” jelas Sutarto. BUMN bidang pangan ini juga akan menjajaki kemungkinan impor kedelai dari Myanmar, karena negara itu pernah menawari. “Prinsipnya, semua kemungkinan kita jajaki. Kita terus mencari dan menjalin kontak dengan produsen kedelai dari berbagai negara,” ucap Sutarto. Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, prioritas pemerintah saat ini adalah menjaga pasokan agar lonjakan harga kedelai bisa ditekan. “Karena itu, dalam satu atau dua minggu ini akan masuk 120 ribu ton (kedelai impor, red),” ujarnya usai rapat di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, kemarin (4/9). Sebagaimana diketahui, tipisnya pasokan di dalam negeri membuat harga kedelai terus merangkak naik. Dari harga normal Rp7.000-8.000 per kilogram (kg) menjadi kisaran Rp11 ribu-Rp12 ribu per kg. Akibatnya, banyak perajin tahu dan tempe yang terancam gulung tikar karena tidak kuat menanggung kenaikan biaya produksi. Menurut Bayu, tambahan impor perlu dilakukan untuk menutup kekurangan pasokan dari petani lokal. Karena itu, jika pasokan dari dalam negeri sudah memadai, tambahan impor akan dihentikan. ’’Setidaknya ini untuk menjamin pasokan dalam satu hingga dua bulan ke depan,’’ katanya. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menambahkan, tambahan kuota impor kedelai merupakan cara sementara untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. “Kebijakan pemerintah tentu ingin meningkatkan produksi dalam negeri,” ucapnya. Namun, upaya itu sepertinya tidak mudah. Menteri Pertanian Suswono mengatakan, upaya meningkatkan produksi atau pasokan kedelai dalam negeri membutuhkan waktu dan tidak bisa dilakukan secara cepat. “Kan butuh proses penanaman dulu,” ujarnya. Tak hanya itu, ketersediaan lahan pun rupanya juga terbatas. Menurut Suswono, kebanyak petani kedelai adalah petani gurem dengan lahan kurang dari 0,5 hektare. Bahkan, lahan pertanian juga menyusut akibat konversi untuk perumahan dan industri. “Jadi tantangannya banyak,” tegasnya. Tentu, pemerintah harus mencari terobosan dan upaya ekstra untuk menggenjot produksi kedelai. Jika tidak, ketergantungan Indonesia pada impor kedelai akan makin tinggi. Saat ini, dari total kebutuhan kedelai di dalam negeri yang mencapai 2,5 juta ton per tahun, hanya 800 ribu ton yang bisa dipasok dari petani lokal, sisanya harus diimpor. (dri/owi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: