Abrasi di Dua Desa Mengkhawatirkan

Abrasi di Dua Desa Mengkhawatirkan

MAJALENGKA – Delapan rumah di Desa Prapatan dan Panjalin Kidul Kecamatan Sumberjaya terkena dampak abrasi Sungai Ciwaringin. Puluhan warga lainnya yang bermukim di sekitar daerah bantaran sungai tersebut pun mengkhawatirkan kembali terjadi abrasi. Warga setempat, Suwandi (60) menyatakan, akibat abrasi yang terjadi sekitar tiga tahun lalu, bagian dapur dan kamar tidur rumahnya hilang setelah tergerus air. Ancaman serupa kemungkinan akan terulang lagi. “Dapur dan kamar tergerus air sungai yang meluap saat musim hujan tahun 2011 lalu. Sebelumnya, sekitar tahun 2000-an silam, jarak dari rumah ke sungai sekitar 40 meter, sekarang akibat abrasi sudah tidak ada jarak lagi antara rumah dan sungai,” paparnya, saat ditemui di lokasi, kemarin (5/9). Suwandi mengaku, akibat musibah tersebut hingga saat ini dirinya bersama keluarga masih trauma ketika turun hujan. Dirinya takut musibah serupa kembali terulang. Setiap kali turun hujan, keluarganya tidak jarang mengungsi ke rumah warga yang dinilai lebih aman. Warga lainnya, Munari (59) juga bernasib sama karena kehilangan separuh bangunan rumah akibat peristiwa abrasi pada tahun 2011 lalu. Akibatnya ia hanya menempati rumah yang seadanya dengan kondisi yang memprihatinkan. “Saya harus gimana lagi. Bagian rumah saya waktu dulu sudah tidak ada akibat terbawa aliran sungai saat hujan turun. Kalau malam juga saya enggak bisa tidur karena kondisi rumah yang sekarang tinggal berada persis di atas aliran sungai,” tuturnya. Kepala Desa Prapatan Muga mengungkapkan, sejak beberapa tahun terakhir, abrasi di sungai tersebut semakin parah menyusul empat rumah di desanya tergerus abrasi. Bahkan dari sedikitnya 14 KK di Blok Lebe RT 06 RW 03, 10 KK di antaranya terancam kehilangan tempat tinggal dan berpotensi menimbulkan ancaman bagi warga yang berada di bantaran sungai tersebut. Muga mengaku, pihaknya sudah melaporkan hal tersebut ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Sedikitnya sudah lima kali mengajukan proposal permohonan, namun hingga saat ini belum ada tanggapan. Jika dirinci sudah sekitar sepanjang 60 meter tanah di atas tebing sungai tersebut hilang terkikis arus. “Pernah ada survei dari instansi terkait, tapi sampai sekarang tetap saja tidak ada perubahan. Padahal dulunya ada lahan di belakang rumah warga sekitar 40 meteran. Sekarang melihat beberapa rumah warga yang sudah mulai rusak, ditakutkan bisa membahayakan. Kami berharap secepatnya ada penanggulangan di Sungai Ciwaringin itu,” harapnya. Terpisah, Kepala Desa Panjalin Kidul Dudung Abdullah Yasin mengatakan, ancaman serupa juga terjadi pada warga di Blok Kampung Pesantren RT 04 RW 02 serta Blok Senin RT 01 RW 02. Sedikitnya dari 10 KK empat KK di antaranya serta 6 KK plus bangunan pesantren terancam tergerus abrasi sungai itu. Secara geografis peta wilayah di Kabupaten Majalengka menjadi berkurang akibat bergeser ke wilayah Kabupaten Cirebon. Terhitung sepanjang 1 kilometer tanah yang berada di Desa Panjalin Kidul sudah tergerus. “Terbukti sudah terjadi tanah timbul di seberang sungai yang masuk pada wilayah Cirebon. Selain itu di belakang rumah warga yang dahulunya ada tanah kosong yang bisa dilewati sekarang hanya menyisakan satu jengkal lagi. Sedangkan di seberangnya terlihat pohon mangga plus tanah, sekarang sudah menjauh puluhan meter,” tambahnya. Dudung merasa sudah bosan dengan berbagai usulan namun tidak ada tanggapan dari instansi terkait. Pihaknya mengusulkan untuk pembuatan senderan di sisi tebing sepanjang aliran sungai tersebut. Jika hal ini dibiarkan keselamtan warga terancam terlebih beberapa material bangunan hanyut terbawa arus sungai. (ono)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: