Gusdurian, Menghidupkan Pemikiran dan Keteladanan Gusdur

Gusdurian, Menghidupkan Pemikiran dan Keteladanan Gusdur

SIAPA yang tidak kenal dengan Gusdur? Ya, Gusdur adalah panggilan akrab dari KH Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Republik Indonesia. Almarhum memiliki pemikiran yang luar biasa, yang dapat menjadi motivasi bagi kalangan muda hingga saat ini. Salah satu bentuk kecintaan generasi muda terhadap pemikiran-pemikaran Gusdur sebagai panutannya adalah dengan dibentuknya komunitas Gusdurian.

Sesuai dengan namanya komunitas yang dibentuk pada tahun 2011 ini melakukan banyak kegiatan yang terinsipirasi oleh gagasan dan pemikiran Gusdur. Tentunya kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan tersebut dibantu oleh beberapa sahabat Gusdur seperti KH Zidni Mu\'tasim Billah, Kang Shobih Adnan, Buya Husen Mohammad, dan Faqihuddin.

Komunitas Gusdurian sendiri pada awalnya dibentuk di daerah Ciganjur yang hingga saat ini terus berkembang ke seluruh wilayah Indonesia dan salah satunya Cirebon yang diprakarsai atau diwakilkan oleh KH Marzukie Wahid dari perumusan nama Gusdurian.

Kegiatan rutin yang dilakukan komunitas Gusdurian sendiri dibagi menjadi kegiatan jangka pendek dan jangka panjang. Mingguan, bulanan dan tahunan. “Mingguan biasa kita lakukan kajian di hari Sabtu yang namanya Majelis Sabtuan Gusdurian Cirebon. Di mana kita melakukan diskusi dan bedah buku tentang Gusdur ataupun orang yang menulis tentang Gusdur. Kita mengkaji pemikiran dan mengkaji gagasan Gusdur,” ungkap Kamalatan Nihaya selaku Dewan Koordinator Gusdurian Cirebon.

Untuk melakukan kegiatan rutin tersebut Komunitas Gusdurian tidak menentukan tempat khusus. “Untuk kita melakukan kegiatan Gusdurian Cirebon kita nomaden tidak hanya di satu tempat. Seringnya buat kajian dan peringatan Haul Gusdur di Rumah Joglo Pak Marzukie Wahid, di Kompleks Fahmina Institute. Di saung juang ataupun Kantin Cirebon,” tuturnya. 

Kamalatan Nihaya selaku salah satu penggerak Gusdurian mengungkapkan, saat ini anggota Gusdurian tidak diwajibkan untuk menjadi anggota yang sangat terikat, para aggota bisa datang kapan saja sesuai waktu yang mereka punya. Ada sekitar 100 orang yang telah bergabung di komunitas ini, siapa pun bisa masuk namun yang jadi penggerak adalah orang yang bisa menghidupkan komunitas ini dan aktif menyuarakan idenya.

Di akhir wawancara, Nihaya memberitahukan tujuannya dibentuknya komunitas Gusdurian, yaitu untuk lebih mengenalkan nilai dan pemikiran Gusdur baik itu dalam keteladanan Gusdur dan lainnya, serta melanjutkan kiprah dan gaya dari Gusdur.

“Kami di komunitas lokal juga ingin mengembangkan gaya Gusdur yang dianggap sebagai Bapak Pluralisme, yang harapannya bisa menggaungkan kebhinekaan lebih lagi,” tandas Nihaya.

Gusdurian juga beberapa kali mengadakan kolaborasi dengan beberapa umat yang berbeda agama, seperti Orang Muda Katholik (OMK), Komunitas Hindu, Inspiration House dan lainnya. “Contohnya adalah kegiatan sejuta kacamata untuk Kota Cirebon yang berkolaborasi dengan berbagai umat beragama,” terang Nihai.

Harapannya agar Gusdurian tetap bisa menyebarkan nilai-nilai keberagaman terkait pluralisme. Serta bagi masyarakat yang memiliki semangat yang sama dengan Gusdur bisa bergabung dengan Gusdurian. “Kami terbuka untuk semua kalangan, silakan bergabung,” tutupnya. (kiyah/jerrell)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: