Pentingnya Pemahaman Literasi Keuangan
DALAM kehidupannya, setiap masyarakat pasti akan selalu terlibat dengan anggaran dan keuangan. Untuk itu, literasi keuangan adalah sesuatu yang diperlukan oleh setiap orang agar mampu menerapkan skala prioritas dalam mengelola keuangannya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan mengelola keuangan sangatlah penting. Selain untuk mencapai kemandirian finansial di masa yang akan datang, kemampuan mengelola keuangan juga penting agar dapat terhindar dari tindak penipuan.
Realita terjadi di masyarakat, masih banyak orang yang tergiur dengan iming-iming keuntungan tinggi, sehingga mereka mudah sekali terjebak dalam penipuan berkedok Investasi Bodong. Tanpa didasari keahlian dan keterampilan yang cukup mengenai investasi, mereka tak ragu untuk mengeluarkan uang sebagai modal investasi, dengan harapan semakin banyak yang diinvestasikan, maka akan semakin banyak keuntungannya.
Harapan ingin mendapatkan keuntungan, tetapi justru buntung. Uang yang ditanamkan sebagai modal investasi tak juga kembali, bahkan raib dibawa pergi. Kasus investasi bodong ini sudah banyak terjadi dan memakan banyak korban.
Mudahnya masyarakat tergiur dengan iming-iming investasi di luar kewajaran ini disebabkan oleh masih rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat. Masyarakat dibuai dengan janji-janji manis dan edukasi yang tidak tepat mengenai cara meningkatkan aset atau lebih ekstremnya cara menjadi kaya dengan cepat dan dalam waktu singkat. Kasus-kasus penipuan berkedok investasi sebenarnya dapat ditekan jumlahnya bahkan dihindari, apabila tingkat literasi keuangan masyarakat tinggi.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh OJK pada 2013, bahwa tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia dibagi menjadi empat bagian, yakni:
- Well literate (21,84 %), yakni memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
- Sufficient literate (75,69 %), memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan.
- Less literate (2,06 %), hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan.
- Not literate (0,41%), tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Literasi Keuangan memiliki tujuan jangka panjang bagi seluruh golongan masyarakat, yaitu:
- Meningkatkan literasi seseorang yang sebelumnya less literate atau not literate menjadi well literate;
- Meningkatkan jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan.
Berdasarkan hasil survey tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat indonesia sudah dinilai cukup untuk bisa menggunakan fitur, risiko, hak, dan berbagai kewajiban yang ada terkait produk jasa keuangan. Tapi, seperempat masyarakat Indonesia masih belum mempunyai keterampilan dalam menggunakan produk dari jasa keuangan. Oleh karena itu kita membahas lebih dalam tentang literasi keuangan dan tujuan memiliki pengetahuan tentang literasi keuangan.
Apa itu literasi keuangan?
Literasi keuangan dapat dipahami sebagai pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam upaya mencapai kesejahteraan. Sederhananya, literasi keuangan merupakan kemampuan untuk memahami dan menerapkan secara efektif berbagai keterampilan keuangan, termasuk manajemen keuangan pribadi, penganggaran, dan investasi.
Landasan literasi keuangan yang kuat dapat mendukung berbagai tujuan hidup, seperti menabung untuk pendidikan dan pensiun, mengelola uang secara produktif, menjalankan bisnis, dan selektif serta menggunakan utang secara bertanggung jawab. Orang-orang yang memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi, artinya mereka melek finansial, sehingga tidak terlalu rentan terhadap tindak penipuan finansial. Sebaliknya, orang-orang yang literasi keuangannya rendah disebut sebagai orang-orang yang buta finansial, sehingga mudah sekali terpengaruh dan terjebak dalam penipuan finansial.
Memahami literasi keuangan
Perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini dimanfaatkan oleh berbagai sektor, termasuk keuangan. Kini, produk dan layanan keuangan sudah semakin beragam dan tersebar luas dan menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat. Jika dahulu orang bertransaksi secara tunai, kini telah beralih ke transaksi secara online atau digital menggunakan jasa lembaga keuangan.
Masyarakat sekarang ini semakin sadar akan fungsi dari produk dan layanan keuangan, sehingga tergerak untuk memanfaatkannya dalam setiap transaksi keuangan. Misalnya seperti transfer uang, pembelian menggunakan kartu kredit, pembayaran dengan dompet digital, scan QR code, termasuk memanfaatkan kredit tanpa agunan sebagai modal usaha, dan lain sebagainya. Produk keuangan seperti asuransi kesehatan, rekening investasi mandiri, dan deposito berjangka juga semakin diminati masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa produk dan layanan keuangan semakin penting bagi setiap individu untuk memahami bagaimana memanfaatkannya secara bertanggung jawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: